Minggu, 28 Agustus 2011

KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). 

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:   ” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan  sumberdaya manusia  yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”.

Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan  data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat  tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.

Jumat, 26 Agustus 2011

Mangrove plantation (Kebun Mangrove di Jambi)



























This activity reveals the issue of improving the natural environment and its benefits. The purpose of this activity is the manufacture of mangrove plantation to protect agricultural areas from abrasion marine fishing communities and utilize the results by commodity crop protection in the form of fish, shrimp and crabs as additional income at the time did not go to sea.

Kegiatan ini mengungkapkan isu tentang perbaikan lingkungan alam serta manfaatnya.  Tujuan dari kegiatan ini adalah pembuatan perkebunan mangrove untuk melindungi area pertanian masyarakat nelayan dari abrasi laut serta memanfaatkan hasil perlindungan tersebut dengan komoditi panen berupa ikan, udang dan kepiting  sebagai pendapatan tambahan pada saat tidak melaut. 

Mangrove plantation consists of 14,000 seedlings with 105 acres and the acreage planted overall length 5 km from the beach. Avicinea, sp is a type of mangrove planted. Mangrove species are resistant to sea salt and have the ability to withstand the blows of the waves and tides.

Perkebunan mangrove ini terdiri dari  14.000 bibit dengan luas tanam 105 hektar dan panjang keseluruhan tanam 5 km dari bibir pantai.  Avicinea, sp merupakan jenis mangrove yang di tanam. Mangrove jenis ini tahan terhadap garam laut dan memiliki kemampuan bertahan terhadap hempasan ombak  serta  gelombang pasang surut. 

Using a modification of mangrove planting in the planting medium of mineral soil high in added cytokinins. Cytokinins is aphrodisiac grow roots and stems. Made naturally using the coconut milk and fermented using EM4 to accelerate growth of mangrove plants.

Penanaman mangrove di modifikasi menggunakan media tanam dari tanah mineral tinggi di tambah sitokinin. Sitokinin adalah zat perangsang tumbuh akar dan batang. Di buat secara alami menggunakan air kelapa dan difermentasi menggunakan EM4 untuk percepatan tumbuh tanaman mangrove.


GIS involves the manufacture of mangrove plantations in the implementation. GIS is used to create a planting area with the help of GPS as a tool of marker coordinates in the field. The results of the input data if the GPS in GIS. Furthermore, processed and reported through WebGIS GIS analysis that made use MAPPETIZER. WebGIS walk starts from the planning, implementation and supervision.

Pembuatan perkebunan mangrove melibatkan GIS dalam pelaksanaannya. GIS digunakan untuk membuat areal tanam dengan dibantu GPS sebagai alat penanda koordinat di lapangan. Hasil input data dari GPS di olah dengan GIS. Selanjutnya, hasil olahan dan analisis GIS dilaporkan melalui WebGIS yang di buat menggunakan MAPPETIZER. WebGIS berjalan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Manufacture of mangrove plantation activities performed by the method of the form; survey and mapping, design of WebGIS, media preparation, planting, replanting, the addition of nutrients, cleaning and maintenance and utilization of plantation. Manufacture of mangrove plantation activities carried out for 4 years (2011-2015)

Kegiatan pembuatan perkebunan mangrove dilakukan dengan metode berupa ; survey dan pemetaan, perancangan WebGIS, pembuatan media, penanaman, penyulaman, penambahan nutrisi, pembersihan dan perawatan serta pemanfaatan hasil perkebunan. Kegiatan pembuatan perkebunan mangrove dilakukan selama 4 tahun (2011 – 2015)



Mangrove plantation village of fishermen community involves Sungai Cemara - Sadu District Tanjabtimur - Jambi province as many as 35 heads of households. All the financing of the media making up care by the community as an additional economic revenue.

Perkebunan mangrove ini melibatkan masyarakat nelayan Desa S. Cemara – Sadu Kabupaten Tanjabtimur sebanyak 35 kepala keluarga. Semua pembiayaan dari pembuatan media hingga perawatan dilakukan oleh masyarakat sebagai tambahan pendapatan ekonomi.

All of the manufacturing process follows the rules of mangrove plantations manajamen principle. Each implementation must be measured and controlled. Management functions are always involved from pre, during and after activity. And implementation of the management of mangrove plantations can be monitored through WebGIS a renewed each week, bringing the narrative, images, tables, graphs and maps).
Semua proses pembuatan perkebunan mangrove mengikuti kaidah dari prinsip manajamen. Setiap pelaksaanan harus terukur dan terkendali. Fungsi manajemen selalu dilibatkan dari pra, saat dan pasca kegiatan. Dan implementasi dari manajemen perkebunan mangrove ini dapat di pantau melalui WebGIS yang di perbaharui tiap minggunya, memunculkan narasi, gambar, tabel, grafik dan peta).


Selamat Idul Fitri 1432 H


Kamis, 25 Agustus 2011

Jika orang spasial pulang kampung


Anda siap pulkam alias Pulang Kampung..? Jangan lupa persiapan yang sempurna, demi keselamatan dan kelancaran perjalanan. Mari kita coba pulkam dengan menerapkan kesenangan dalam perjalanan. Kita coba untuk bermain dalam SpatialThinking.

Kali ini tentang merekam yang anda alami dalam perjalanan pulkam dengan kamera dan GPS (jika ada). Untuk mudahnya, saya akan menggolongkan anda, dan juga beberapa tips yang bisa dipakai. Saya coba mengolongkan menjadi 3 golongan.

  1. Gol-1 adalah yang bawa: GPS, kamera dijital, hape dengan koneksi internet. Gol-1 bisa saja punya satu hape yang telah ada GPS + koneksi internet + media sosial anda. 
  2. Sedangkan Gol-2 bawa: GPS dan kamera dijital, atau kamera yang ada GPS-nya, tapi gak biasa update status. 
  3. Dan Gol-3 yang bawa: kamera dijital saja (belum punya GPS).

Anda termasuk yang mana? silakan pilih dan ucapkan dalam hati saja… : )
Langkah pertama siapkan rute perjalanan anda, pakai rute massal (yg biasa macet parah) atau rute pilihan. Pilihan rute akan berpengaruh pada perekaman obyek di jalan, selain kecepatan sampai kampung tentunya :D

Langkah kedua, pastikan senjata anda beramunisi, maksudnya GPS/kamera cukup batere, memori luas, dalam kondisi baik. Juga pastikan GPS/kamera sudah di-set sesuai dengan yang diinginkan. Misal: GPS dalam kondisi On utk tracking. Kamera di-set “auto” atau “pemandangan” atau “speed”, pastikan resolusi yang digunakan (megapixel) dan ISO. Jika anda relatif akan banyak memfoto dalam kondisi kendaraan bergerak, gunakan ISO tinggi.

Langkah ketiga, pastikan hape atau netbook anda terinstal perangkat lunak pendukung, misal Google Latitude. Jika anda ada akun Fb/twitter, aktifkan opsi lokasi, jadi saat anda update status maka lokasi akan terpublis juga. Jika bawa netbook, bisa juga coba FootprintFeed, extension di Chrome. Melaporkan posisi secara otomatis. FootprintFeed akan tweet dan isi status FB berdasar posisi kita pada Google Latitude.
Langkah keempat, skenariokan SOP atau prosedur saat anda mengoperasikan dengan brbagai skenario. Skenario? Mari kita bahas.

Mengoperasikan alat memerlukan prosedur, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Kita coba buat ya.

Hal yang perlu direkam dalam perjalanan tentunya yang menarik. Seperti: macet (penyebab, perilaku orang saat macet). Saat macet banyak obyek menarik, segera foto (dg sopan tentunya), rekam posisi..!! (ingat/catat lokasi utk Gol-3). Lokasi dan data (foto/keterangan) harus terkait, ini seperti fitur titik dan atributnya… hehe…

Hal lain lagi seperti landmark (bangunan antik, tugu), perilaku (penumpang di kendaraan lain, pasar tumpah). Landmark perlu berhenti sejenak, rekam, dan jalan lagi. Pakai metoda “stop and go”, gampang kan..? Pasar tumpah adalah obyek menarik, tapi agak repot merekamnya karena malah bisa mbuat jalan macet :D, disesuaikan

Juga topik umum spt pemandangan (pilih yang asik2 aja), kendaraan (bak truk, kend modifikasi, lukisan dinding bis). Pemandangan, lakukan perekaman sambil istirahat sejenak. Jangan lupa: foto dan rekam/catat posisi.
 
Untuk kecelakaan, ups, bisa juga direkam selama masih etis. Sejauh apa etisnya? Silakan dipertimbangkan sendiri.

Contoh penerapan pada obyek macet adalah (Gol-1): foto obyek yang dimaksud, dengan berbagai sudut/zoom yang memungkinkan. Gunakan GPS, rekam/mark posisi dan jangan lupa beri nama/label WPS-nya, repot status di twitter/fb via hape. Jika hape memungkinkan (ber-GPS, ber-kamera, dan ber-internet), lakukan sekaligus, gambar terbaik yang diunggah.

Untuk Gol-2, segera foto dan kemudian rekam lokasi dengan GPS, agak mleset dikit posisi gak papa, tdk perlu presisi. Bagi Gol-3, segera foto momen yang ada, kemudian ingat/catat lokasi, gak perlu minder dengan Gol-1 dan 2 hehe…

Saya menekankan foto dulu baru rekam posisi, karena momen foto biasanya gak bisa ditunggu, akan segera hilang. Itu adalah contoh, dan silakan berkreasi dalam merekam gambar dan posisi banyak momen di perjalanan.

Sesampainya di kampung halaman, segera unduh semua data (foto dan lokasi), simpan dalam netbook atau penyimpan lain. Ini untuk menyiapkan kembali senjata anda, dan siap berburu lagi selama di kampung atau perjalanan pulang.

Setelah waktu lega, terutama yang gak bisa koneksi internet dalam perjalanan, mulailah letakkan foto di peta daring. Jika foto sdh ter-geotag (dari kamera ber-GPS), langsung unggah beres. Bagi yang pakai kamera biasa lakukan geotag.

Saya biasanya menggunakan perangkat lunak Picasa dan Google Earth (free from Google). dengan keduanya mudah geotag.

Catatan posisi dari GPS juga segera disesuaikan formatnya agar dapat dimanfaatkan terkait dengan foto. Mengenai bagaimana meng-geotag-kan foto, tips dan cara sila baca di http://j.mp/rljRNf
Unggah foto2 ke album foto daring, yang menyediakan peta, seperti Picasaweb (Google) atau Flickr (Yahoo). Dan anda akan mendapatkan peta foto anda dalam peta daring, segera distribusikan ke rekan2 dan keluarga anda.

Tidak hanya membuat interaksi menarik antarkeluarga/rekan, tetapi juga merekam perjalanan anda dengan baik. Juga akan menjadi bahan cerita yang tak henti2, apalagi jika banyak hal menarik dan “menarik” di perjalanan.

Ini adalah sesuatu yang menyenangkan, dapat membuat senyum dan kebahagiaan banyak orang. Percayalah.. : )

Mari kita pulkam sambil SpatialThinking, dan ini membuktikan anda benar-benar orang spasial :D.
Sekian, semoga berguna… : )

Sumber : Catatan kecil htts

PELATIHAN ARCGIS TINGKAT DASAR di JAMBI

Materi-materi :

I. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

1.1.  Pengertian Sistem Informasi Geografis
1.2.  Data Spasial
1.3.  Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, GPS


II. PENGENALAN ArcMAP 

2.1.  Membuka Data Spasial atau Peta yang Telah Ada dengan ArcMap
2.2.  Melihat Data Atribut Sebuah Layer Menggunakan Map Tips
2.3. Penyusunan Layer
2.4.  Mengaktifkan dan Menonaktifkan Layer
2.5. Perbedaan View Pada Data Anda
2.6. Mengolah peta
2.7. Melihat Atribut Data
2.8. Mengaktifkan Map Tips
2.9.  Mencari Feature dan Membuat Bookmark
2.10.  Mengukur Jarak dan Membuat Skala
2.11. Pengelompokan Layers
2.12. Merubah Tampilan Layer
2.13. Merubah Tampilan Dengan Skala

III. PENGANTAR ArcCATALOG

3.1. Sekilas Tentang ArcCatalog
3.2. Browsing data dengan ArcCatalog
3.3.  Menggunakan  ArcCatalog
3.4. Mengedit Metadata
3.5. Mencari Data dengan ArcCatalog
3.6. Terminologi Sistem Koordinat
3.6.1.Sistem Koordinat
3.6.2. Mengatur Tampilan Sistem Koordinat
3.6.3. Pengaturan Koordinat Baca
3.6.4. Membuat  Sebuah Template Dokumen Peta
3.7. Pengantar Geodatabase
3.7.1. Geodatabase Terminologi
3.7.2. Membuat Shapefile Baru
3.7.3. Membuat Geodatabase Baru
3.7.4. Membuat feature classes
3.7.5. Mengimport Data ke dalam Geodatabase
3.7.6. Menambah Data Baru ke Dalam Sebuah Peta

IV. REKTIFIKASI

4.1.  Pengertian Rektifikasi
4.2.  Menampilkan Data Raster
4.3.  Proses Rektifikasi
4.4.  Menyiapkan Semua Layer Data Spasial
4.5.  Menyiapkan Layer Image
4.6.  Menambahkan Titik Kontrol
4.7.  Rektifikasi Menggunakan Titik Kontrol dari GPS
4.8.  Menggunakan Tabel Data
4.9.  Proses Pengaturan
4.10. Menyimpan Hasil Rektifikasi
4.11. Menampilkan Citra Hasil Rektifikasi

V. MEMBUAT DATA SPASIAL

5.1. Pengertian Digitasi Peta
5.2. Metode Digitasi
5.3. Menambah Data Gambar
5.4. Membuat Layer/Shapefile
5.5. Menentukan Sistem Koordinat Shapefile
5.6. Digitasi
5.7. Snapping
5.8. Memulai Digitasi
5.9. Menyimpan Hasil Digitasi
5.10. Annotasi Sederhana
5.11.  Membuat Layer Point dari Teks File
5.12.  Membuat Link ke Database Acces
5.13. Import Data MapInfo
5.14. Labelling Lanjutan
5.15.  Pengaturan Advance Simbol Layer untuk Titik

VI. MENGEDIT DATA VEKTOR

6.1. Mengedit Data Vektor
6.2. Membuat Setting Snap
6.3. Menambah Feature Linier
6.4. Menambahkan Feature Titik menggunakan Koordinat Absolut

VII. MENAMPILKAN DATA SPASIAL 

7.1.  Menampilkan Data Berdasarkan Kategori Data Attribut
7.1.1. Menampilkan Data dalam Semua Kategori
7.1.2. Menampilkan Data Berdasarkan Kategori yang Diinginkan
7.1.3. Membuat Layer Transparan
7.2.  Menampilkan Data dalam Beberapa Kelompok (Class)
7.2.1. Menampilkan Data  dengan Degradasi Warna
7.2.2. Menampilkan Data dengan Degradasi Simbol
7.3.  Menampilkan Data dengan Grafik
7.4.  Menampilkan Tabel Atribut dan Merubah Tampilannya
7.5.  Memilih Features

VIII. QUERY DATA 


8.1.  IdentifikasI Sebuah Feature
8.2.  Mencari Feature Tertentu
8.3.  Melakukan Query Secara Interaktif
8.4.  Melakukan Query Spasial
8.5.  Query Lanjutan

IX. LAYOUT DAN PENCETAKAN PETA

9.1.  Menampilkan/mengatur Peta
9.2.  Mengatur Proyeksi
9.3.  Mengatur Halaman Layout
9.4.  Langkah-langkah Untuk Menambahkan Koordinat Peta
9.5.  Langkah-langkah untuk Menambahkan Skala
9.6.  Langkah-langkah untuk menambahkan Panah Penunjuk arah
9.7.  Langkah-langkah untuk Menambahkan Judul Peta
9.8.  Menambahkan Object pada Layout
9.9.  Menambahkan Teks pada Layout
9.10. Membuat Extent Rectangle
9.11. Langkah-langkah untuk Menambahkan Legenda
9.12. Menyimpan Peta
9.13. Ekspor peta
9.14. Mencetak Peta

X. SUMBER DATA DALAM ArcGIS

10.1. Menambah Data dari ESRI dengan Koneksi Langsung ke Internet
10.2. Menambah Data Geografi (selain ESRI)
10.3. Manage Website

Rabu, 24 Agustus 2011

Proyeksi Dinamika Perkembangan Wilayah dalam Kerangka Pembangunan Koridor Ekonomi Dengan Menggunakan Pendekatan Dinamika Spasial(Studi Kasus Kalimantan dan Sulawesi)


Abstrak
 
Pembangunan Koridor Pembangunan Ekonomi  merupakan merupakan  bagian dari kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang dicanangkan secara nasional. Strategi utama pembangunan koridor ekonomi adalah pembangunan infrastruktur dan pengembangan klasters komoditas unggulan wilayah secara teringerasi.   

Pembangunan fisik maupun ekonomi melalui investasi pemerintah maupun swasta akan menimbulkan dampak bagi wilayah di mana pembangunan tersebut dilaksanakan, baik dampak ekonomi, sosial, lingkungan maupun perubahan tutupan lahan di wilayah tersebut.  Untuk mengantisipasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan pembangunan tersebut maka perlu dilakukan analisis perkiraan dampak dari pembangunan tersebut.  

Tulisan ini membahas tentang pemanfaatan model spasial dinamis dalam melakukan analisis perkiraan dampak pembangunan koridor ekonomi di wilayah Kalimantan dan sulawesi melalui pendekatan dinamika sistem. Kelebihan pendekatan ini adalah mampu menjelaskan struktur dan perilaku perubahan komponen-komponen wilayah secara sistematis dan terukur serta mengakomodasikan geodataspasial sebagai input analisisnnya.

Hasil Pemanfaatan model tersebut selanjutnya dapat menjadi dasar perumusan skenario pembangunan wilayah Kalimantan dan Sulawesi yang dapat memaksimalkan dampak positif  dan meminalkan dampak negatif
.
Key word : Pembangunan Koridor Ekonomi, Analisis Perkiraan Dampak, Pendekatan Dinamika Sistem

I.     Latar Belakang

Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17.500, luas daratan sekitar 1.910.000 km², luas lautan lebih kurang 6.279.000 km² serta berbatasan dengan 10 negara, Indonesia memiliki keberagaman yang tinggi antar wilayah seperti keberagaman dalam kualitas dan kuantitas sumber daya alam, kondisi geografi dan demografi, agama, serta kehidupan sosial budaya dan ekonomi, sehingga dalam penyelenggaraan pembangunan nasional harus memperhatikan dimensi kewilayahan tersebut.

Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia juga  menyebabkan masih adanya kesenjangan antarwilayah. Kemajuan pembangunan di Jawa-Bali dan Sumatera relatif lebih cepat dibanding wilayah lainnya.  Kesenjangan antarwilayah juga ditunjukkan oleh kemampuan produksi. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kuartal 3 tahun 2009, terlihat adanya ketimpangan nilai PDRB antara wilayah Jawa Bali dan wilayah Sumatera dengan wilayah lainnya. Wilayah Jawa Bali masih menjadi pusat kegiatan ekonomi utama dengan sumbangan PDRB rata-rata per tahun lebih dari 60 persen dan wilayah Sumatera lebih dari 20 persen, sementara sumbangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya sekitar 17 persen. 

Dalam upaya mengurangi ketimpangan antar wilayah tersebut, maka pemerintah melalui RPJMN 2010-2014 telah menetapkan strategi pengembangan wilayah sebagai berikut :

1)   mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera;
2)   meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antar pulau untuk mendukung perekonomian domestik;
3)   meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah;
4)   mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana; serta
5)   mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan

Selanjutnya  dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur. 

Untuk itu maka pemerintah menyusun Masterplan Percepatan, Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI sebagaimana dimaksud, berfungsi sebagai acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia di bidang tugas masing-masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan; dan acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.

Terdapat 3(tiga) strategi utama dalam MP3EI yakni membangun koridor ekonomi Indonesia, memperkuat konektivitas nasional, dan mempercepat kemajuan IPTEK nasional. Perkiraan total biaya untuk mendukung program ini adalah sebesar 4000 Triliun rupiah selama  2011-2025.
Pembangunan Koridor Ekonomi Nasional berdasarkan  masterplan tersebut dilakukan dengan pendekatan yang tidak biasa (not Bussiness as usual), tetapi menekankan pada aspek percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.   

Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa bila pembangunan tersbut dilaksanakan maka intensitas perubahan perekembangan wilayah sekitar koridor ekonomi akan semakin tinggi. Perubahan sebagai dampak pembangunan dapat berifat positif maupun negatif. Untuk itu dalam rangka menganalisis dan memprediksi dampak pembangunan koridor di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, maka Bappenas dan Bakosurtanal mengembangkan model dinamika spasial wilayah Kalimantan dan Sulawesi.  Melalui pemodelan ini diharapkan dapat diperoleh perkiraan dampak pembangunan terhadap perkembangan ekonomi, sosial, lingkungan hingga perubahan tata ruang wilayah Kalimantan dan Sulawesi.


II.    Perubahan Paradigma Perencanaan Pengembangan Wilayah Melalui Pemodelan Dinamika Spasial

Dalam melakukan analisis dampak pembangunan di suatu wilayah, umumnya pendekatan dilakukan secara parsial dan linier. Sebagai contoh analisis dampak pembangunan terhadap ekonomi wilayah  dilakukan dengan menggunakan metode ekonometrik yang umumnya mengabaikan aspek sumber daya dan lingkungan, demikian sebaliknya, analisis dampak lingkungan dilakukan dengan pendekatan lingkungan yang umumnya mengabaikan aspek ekonomi. Berdasarkan pengalaman tersebut maka model dinamika spasial dikembangkan untuk melengkapi kekurangan metode-metode analisis perencenaan pengembangan wilayah yang selama ini telah biasa digunakan. 

Terdapat 2(dua) perubahan paradigma yang  dikembangkan melalui pemodelan dinamika spasial. Pertama adalah merubahan pola pikir para perencana wilayah dari pola pikir parsial-linier kepada pola pikir sistem (systems thinking). Kedua adalah merubah pola pikir sektoral kepada pola pikir kewilayahan, dimana dalam pola pikir kewilayahan, aspek spasial seperti daya dukung sumber daya alam wilayah, menjadi komponen pokok dalam proses perencanaan.  Melalui pemodelan dinamika spasial tersebut maka diharapkan perencanaan pengembangan wilayah kedepan dapat lebih realistis dan integratif.

III.  Proyeksi Perkembangan wilayah Kalimantan Dan Sulawesi Dalam kerangka Pengembangan Koridor Ekonomi

Strategi utama pengembangan koridor adalah membangun Infrastruktur Koridor Ekonomi serta mengembangkan investasi sektor unggulan di wilayah terkait. Untuk menganalisis dampak pembangunan koridor di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, maka dikembangkan skenario bahwa pembangunan infrastruktur dilaksanakan dalam rangka meningkatkan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah  serta ditindaklanjuti dengan mengembangkan klaster industri komoditas unggulan setempat. Infrastruktur strategis yang dikembangkan  dalam hal ini adalah pembangunan Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi. 

Sementara  pengembangan klaster komoditas dilakukan melalui investasi baru pada  pengembangan klaster industri kelapa sawit, batu bara dan migas di wilayah Kalimantan, Klater industri tanaman pangan, coklat, kelapa, perikanan dan nikel di wilayah Sulawesi.  Investasi  yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut di masing-masing wilayah diperkirakan mencapai 12 triliiun per tahun selama kurang lebih 5 Tahun.

Dampak Terhadap Perkembangan Wilayah Kalimantan

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dampak pembangunan koridor di wilayah Kalimantan diperkirakan sebagi berikut :

·    Ekonomi wilayah Kalimantan akan  tumbuh berfluktuasi namun tetap  positif . fluktuasi terjadi pada periode tahun 2012-2018, dimana pada periode tersebut laju pertumbuhan cenderung melompat tajam  dibandingkan pada periode sebelumnya.  Namun pada periode 2018- 2030 laju  pertumbuhan kembali bergerak pada rata-rata pertumbuhan periode 2010-2012. Skenario pembangunan koridor ekonomi Kalimantan  diperkirakan dapat  meningkatkan PDRB wilayah Kalimantan hingga 4,8 kali dari PDRB yang dihasilkan pada tahun 2010

·  Laju pertumbuhan ekonomi yang dikudung sektor unggulan pertanian, industri dan pertambangan menunjukkan pola yang cenderung positif. Strategi yang dijalankan berhasil meningkatkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi wilayah diatas 5% per tahun.

· Struktur ekonomi wilayah tidak berubah secara signifikan dimana dominasi sktor pertambangan, pertanian (perkebunan) dan industri masih mendominasi kontribusi sektor
.
·  Pembangunan koridor diperkirakan dapat l menekan tingkat pengangguran   hingga mencapai maksimum 7 %  dari total penduduk wilayah Kalimantan pada tahun 2030. Sementara IPM (indeks pembangunan manusia) menunjukkan kecenderungan meningkat namun dalam kisaran nilai yang relatif kecil (0.8).

·     Indeks kualitas lingkungan total juga menunjukkan nilai dibawah 1. Kondisi ini menunjukkan kinerja lingkungan yang tidak normal (dibawah normal) atau terpengaruh oleh aktivitas yang dijalankan. 

Hasil simulasi skenario pembangunan koridor ekonomi menunjukkan bahwa perkembangan RTH di wilayah Kalimanatan akan terus menurun. Proporsi ruang terbuka hijau (hutan, pertanian, perkebunan, tegalan) di wilayah Kalimantan berdasarkan skenario ini akan terus berkurang dari 72% pada tahun 2010 menjadi 48 % pada tahun 2030.Demikian pula dengan dampak terhadap ketersediaan sumber daya air, hasil simulasi menunjukkan bahwa perkembangan indeks ketersediaan air terus menunjukkan nilai yang menurun. 

Dampak Terhadap Perkembangan Wilayah Sulawesi

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dampak pembangunan koridor di wilayah Sulawesi diperkirakan sebagi berikut :

·         Produktivitas wilayah Sulawesi  yang direpresentasikan oleh PDRB  diharapkan mampu mencapai minimal  3.8 Kali dari PDRB pada tahun 2010, yakni sebesar 348,42 triliun rupiah. 

·         Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi akan  tumbuh secara positif dengan kecepatan pertumbuhan berkisar anatar 6-8% pada periode 2010-2030. Laju pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor unggulan pertanian, perdagangan, jasa lainnya dan  industri menunjukkan pola yang cenderung meningkat.  

·         Struktur ekonomi wilayah  mengalami perubahan pada tahun 2030,  dimana dominasi sektor Pertanian, dikalahkan oleh sekotar perdagangan Hingga tahun 2030, kontribusi sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan  menjadi tulang punggung perekonomian wilayah. 

·         Tingkat pengangguran cenderung menurun  hingga mencapai 8.1 %  dari total penduduk wilayah Sulawesi pada tahun 2030. Sementara IPM menunjukkan kecenderungan meningkat namun dalam kisaran nilai yang relatif kecil.

·         Indeks kualitas lingkungan total juga menunjukkan nilai dibawah 1.  Hasil simulasi skenario pembangunan koridor menunjukkan bahwa perkembangan RTH di wilayah Sulawesi akan terus menurun. Proporsi ruang terbuka hijau (hutan, pertanian, perkebunan, tegalan) di wilayah Sulawesi berdasarkan skenario ini akan terus berkurang dari 44% pada tahun 2010 menjadi 24 % pada tahun 2030. Demikian juga dengan dampak terhadap ketersediaan air bersih,  hasil simulasi menunjukkan bahwa perkembangan indeks ketersediaan air terus menunjukkan nilai yang menurun. 

IV        Penutup

Hasil simulasi dengan menggunakan model dinamika sistem  menunjukkan bahwa  pembangunan koridor ekonomi di wilayah Kalimantan dan Sulawesi menunjukkan dampak signifikan terhadap percepatan pembangunan ekonomi ke dua wilayah. Pembangunan koridor Wilayah Kalimantan diperkirakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 4 kali pertumbuhan selama ini, sementara di wilayah Sulawesi diperkirakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah hingga 3 kali dari pertumbuhan yang ada saat ini. Namun demikian,  hasil simulasi juga menunjukkan bahwa dampak pembangunan koridor  juga membawa dampak negatif terhadap kondisi lingkungan di kedua wilayah. 

Berdasarkan analisis terhadap hasil-hasil simulasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan koridor ekonomi tidak dapat hanya dilihat dari sisi ekonomi jangka pendek, tetapi juga harus memperhatikan dampak jangka menengah dan panjang dari perkembangan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Pengabaian terhadap dampak lingkungan di wilayah koridor akan mengakibatkan  pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak dapat berlangsung lama, bahkan dalam jangka panjang dapat  menjadi faktor yang berpengaruh terhadap penurunan produktisitas sektor-sektor unggulan di wilayah yang bersangkutan.

Referensi
1.      Peraturan Presiden No 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2015, Bappenas, 2011.
2.      Peraturan Presiden No 32 tahun 2011 tentang  Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025, Kemenkoekonomi, 2011.
3.      Peraturan Pemerintah no 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tahun 2005-2025, Depertemen Pekerjaan Umum, 2008.
4.      Rancangan  Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan  Tahun 2005-2025, Depertemen Pekerjaan Umum, 2008.
5.      Rancangan  Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi Tahun 2005-2025, Depertemen Pekerjaan Umum, 2008.


Sumber :  http://www.google.com/url?sa=X&q=http://xa.yimg.com/kq/groups/47241308/172715565/name/Paper%2BRDP_nunu.docx&ct=ga&cad=CAcQARgBIAEoATADOANA__jV8gRIAVgAYgVpZC1JRA&cd=7laOlvRt3PA&usg=AFQjCNG591PtmO4JDBTx3DRrFjN4XApxDA

Alfin SH dan Azhar Hamzah: Memajukan Desa di Sungai Penuh melalui Implementasi Pedoman Pembangunan Desa dan SDGs

Sungai Penuh - Alfin SH dan Azhar Hamzah, calon walikota dan wakil walikota Sungai Penuh, berkomitmen memajukan desa-desa di wilayahnya deng...

Struktur Sungai

Struktur Sungai

POLA RUANG SUMATERA

POLA RUANG SUMATERA

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

BERHALE ISLAND

Pulau Berhala
Large selection of World Maps at stepmap.com
StepMap Pulau Berhala


ISI IDRISI TAIGA

ISI IDRISI TAIGA

HOW TO GOIN ON BERHALE ISLAND

Kota Jambi

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

TERAKHIR DI UPDATE GOOGLE

COMMUNICATE

+62 812731537 01