Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk meningkatkan pemahaman karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+ merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.
Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+. Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah mereka pahami sejak zaman dulu.
Di sisi lain, dunia menghadapi keracunan udara akibat negara industri yang terus berproduksi dan menghasilkan karbondioksida di udara. Untuk itu perlu suatu kesepakatan untuk menurunkan emisi tersebut. Hutan sebagai ruang tempat menyerap racun udara banyak terdapat pada negara berkembang namun masyarakat menggunakan hutan sebagai wahana untuk perekonomian sebagai keberlangsungan kehidupan maka dari ini dunia perlu membangun mekanisme penurunan emisi di udara
Ada korelasi kata karbon dengan kata udara bersih dalam meningkatkan pemahaman skema REDD+. Maksud dari kegiatan ini untuk membangun inisiataif kepedulian terhadap udara bersih kepada masayarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi. Masyarakat desa dengan mudah memahami karbon dan skema REDD+ melalui pendekatan kata udara bersih.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Kenapa Udara Bersih ?
Udara bersih adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+. Kenapa udara bersih ? Karbondioksida yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari yang mantul ke langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi menjadi tinggi.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Kenapa Udara Bersih ?
Udara bersih adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+. Kenapa udara bersih ? Karbondioksida yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari yang mantul ke langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi menjadi tinggi.
Walaupun hujan mampu untuk memadamkan api namun rata-rata musim hujan lebih pendek dari musim kemarau di tiap tahun. Akibatnya, banyak para petani membuka lahan dengan cara membakar hutan atau belukar, kebakaran makin meluas, karbondioksida bertambah banyak di udara dan suhu udara semakin tinggi, pertanian mengalami gagal panen akbiat kemarau dan air laut di daerah pantai makin masuk jauh kedaratan.
Ada 32 desa yang terdapat di sekitar TN. Berbak. Pemerintahan Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana berupaya untuk penyelenggara inisiatif ini. Bentuk inisiatif ini berupa kegiatan sosialisasi dengan teknis pelaksanaan berupa pertemuan kampung. Tujuan pertemuan kampung ini untuk membangun inisiatif peduli udara bersih yang dihadiri dari elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan kampung ini dilaksanakan dalam beberapa segment, yaitu pengantar dan penjelasanan dari pemerintahan kecamatan, Pemahaman materi tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi sebagai badan pemerintah yang bertanggungjawab atas kelestarian dan Gita Buana sebagai lembaga swadaya masyarakat berperan mendorong serta membangun untuk menggali rencana strategi jangkah menengah mereka. Udara bersih desa harus berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan dengan cara pola produksi HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur keberhasilan pemahaman membangun inisiatif udara bersih pada kegiatan sosialsisai yang dilakukan oleh Gita Buana dengan menggunakan model pengukuran berupa pengukuran metode kuantitatif dengan alat ukur berupa kuestioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi, kepemimpinan dan komitmen. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
Korelasi Udara Bersih dan Karbon
Bagi masyarakat yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan. Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanam pohon, karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara bersih.
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya, keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2 (oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan bumi.
Dengan menggunakan kata udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+ (pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih). Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Sulit sekali untuk menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+? Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
Ada 32 desa yang terdapat di sekitar TN. Berbak. Pemerintahan Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana berupaya untuk penyelenggara inisiatif ini. Bentuk inisiatif ini berupa kegiatan sosialisasi dengan teknis pelaksanaan berupa pertemuan kampung. Tujuan pertemuan kampung ini untuk membangun inisiatif peduli udara bersih yang dihadiri dari elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan kampung ini dilaksanakan dalam beberapa segment, yaitu pengantar dan penjelasanan dari pemerintahan kecamatan, Pemahaman materi tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi sebagai badan pemerintah yang bertanggungjawab atas kelestarian dan Gita Buana sebagai lembaga swadaya masyarakat berperan mendorong serta membangun untuk menggali rencana strategi jangkah menengah mereka. Udara bersih desa harus berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan dengan cara pola produksi HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur keberhasilan pemahaman membangun inisiatif udara bersih pada kegiatan sosialsisai yang dilakukan oleh Gita Buana dengan menggunakan model pengukuran berupa pengukuran metode kuantitatif dengan alat ukur berupa kuestioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi, kepemimpinan dan komitmen. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
Korelasi Udara Bersih dan Karbon
Bagi masyarakat yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan. Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanam pohon, karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara bersih.
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya, keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2 (oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan bumi.
Dengan menggunakan kata udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+ (pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih). Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Sulit sekali untuk menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+? Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
Penulis :
Oldy A. A.
Target Pembaca :
Masyarakat Desa di Sekitar TN. Berbak, Pemerintah Kab. Ma. Jambi dan Kab. Tanjab Timur serta Balai TN. Berbak dan Masyarakat Internet
Jenis tulisan :
Proses penguatan pemahaman tentang REDD+ di masyarakat
Tujuan Tulisan :
Untuk memberi pemahaman tentang REDD+ kepada masyarakat desa di sekitar TN. Berbak Jambi dan pemerintahan Kab. Ma. Jambi serta Kab. Tanjab Timur