Oleh : Oldy A.A – Gita Buana
ABSTRAK
Udara bersih
adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+.
Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+.
Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru
sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah
mereka pahami sejak zaman dulu. Ada korelasi kata karbon dengan kata udara
bersih dalam meningkatkan pemahaman skema REDD+. Maksud dari kegiatan ini untuk
membangun inisiataif kepedulian terhadap
udara bersih kepada masayarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi. Masyarakat
desa dengan mudah memahami karbon dan skema REDD+ melalui pendekatan kata udara
bersih.
Kenapa udara
bersih ? Karbon yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari ke mantul ke
langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi
tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi
menjadi tinggi. Walaupun hujan mampu untuk memadamkan api namun rata-rata musim
hujan lebih pendek dari musim kemarau di tiap tahun. Akibatnya, kebakaran makin
meluas, karbon bertambah banyak di udara dan suhu udara semakin tinggi,
pertanian mengalami gagal panen akbiat kemarau dan air laut di daerah pantai
makin masuk jauh kedaratan.
Bagi masyarakat
yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan
mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan.
Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar
matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk
membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanm pohon,
karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan
melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka
pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan
Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara
bersih.
Metodologi yang
digunakan dalam membangun inisiatif peduli udara bersih ini menggunakan model pertemuan
/ diskusi kampong atau pertemuan yang interaktif
dengan melibatkan nara sumber penting yang terlibat dalam kegiatan REDD+
sebagai penguat pemahaman dalam membangun inisiatif udara bersih dan akhirnya
elemen masyarakat dari beberapa desa sebagai peserta diarahkan diskusi untuk merencanakan
pembangunan inisiatif udara bersih di desa mereka. Ada 32 desa yang terlibat
dan terbagi dalam 6 klaster di 4 kecamatan dalam 2 kabupaten yang terlibat
dalam kegiatan ini dengan durasi waktu kegiatan selama lima bulan. Pemerintahan
dan organisasi lingkungan yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu; Pemerintahan
Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana sebagai badan penyelenggara
inisiatif ini. Pertemuan / diskusi kampong ini untuk membangun inisiatif peduli untuk udara bersih yang dihadiri dari
elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama,
Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga
yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan
/ diskusi kampong ini dilaksanakan
selama satu hari terbagi dalam beberapa segment, yaitu; pembukaan oleh
protokol, sambutan dan pencerahan dari pemerintahan kecamatan, pemahaman materi
tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana serta membangun diskusi untuk menggali rencana
strategi jangkah menengah mereka dalam mewujudkan udara bersih desa yang
berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan menggunakan pola
HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, pemahaman
tentang komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur
keberhasilan inisiatif udara bersih pada kegiatan tersebut yang dilakukan oleh
Gita Buana, kami menggunakan model ukur metode kuantitatif dengan alat ukur
berupa quesioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif
ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi,
kepemimpinan dan komitmen. Quesioner diserahkan pada saat jam makan siang dan
dikumpulkan pada saat akan pulang. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan
peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur
kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
A.
Latar Belakang
Sinar matahari yang
sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit
sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke
bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang
terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu
permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon
berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara
berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang
menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan
iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan
selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya,
keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan
kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk
bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan
membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk
mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa
di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah
masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi
kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih
mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat
di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk
dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun
pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di
udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada
siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses
fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun
tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2
(oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah
menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan
bumi.
Dengan menggunakan kata
udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata
yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+
(pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih).
Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh
masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau
kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Inisiatif ini di
bangun dalam bentuk pertemuan dengan masyarakat desa sekitar TN. Berbak melalui
pemahaman-pemahaman yang melibatkan Pemerintahan Kecamatan, Balai Taman
Nasional Berbak, dan Gita Buana. Pada tingkat masyarakat sebagai peserta
diwakili oleh stakeholder lokal
(Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Gender, Generasi Muda-mudi, Tokoh Agama, Pengusaha
Lokal/Toke, dan pihak luar yang aktivitas nya ada pada desa di yang berbatasan
dengan TN. Berbak.
Sulit sekali untuk
menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang
digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat
akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara
bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+?
Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman
tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur
tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk
kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak
para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil
kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan
pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian
terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
B.
Perumusan Masalah Kegiatan
Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada
kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk
meningkatkan pemahan karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara
bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+
merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang
dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu
sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki
yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan
intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon
dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Dari Selanjutnya Gita Buana akan
melakukan kegiatan Pertemuan / diskusi kampong apakah dengan menggunakan kata udara bersih masyarakat
mampu memahami konsep karbon dalam skema REDD+
Berdasarkan paparan di atas, masalah yang mendasar dari kegiatan ini dapat
dikemukan sebagai berikut; “Bagaimana
pengaruh kata udara bersih mampu meningkatkan pemahaman karbon dalam skema
REDD+ di sekitar TN. Berbak”
Untuk menjawab pertanyaan yang mendasar ini maka dikemukakan beberapa
pendekatan yang melibatkan variabel manajemen sumberdaya manusia dan dokumen
rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih. Berdasarkan pertimbangan
ini maka diajukan pertanyaan kegiatan sebagai berikut;
1. Bagaimana peran pembicara mampu mentrasferkan pengetahuan tentang pemahan
karbon dalam skema REDD+?
2. Bagaimana transfer pengetahuan pemahaman untuk karbon dan REDD+ dapat di
ukur ?
3. Bagaimana rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih TN. Berbak ?
C.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini secara mendasar ingin mengetahui pengaruh Pertemuan
/ diskusi kampong yang dihadiri dari peserta yang berasal dari elemen masyarakat desa dan
pemateri dari pemerintahan dan organisasi lingkungan dalam pemahaman karbon dan
REDD+ melalui kata udara bersih. Tujuan spesifik dari penelitian ini
diungkapkan sebagai berikut;
1. Untuk menjelaskan pemahan karbon dalam skema REDD+ dari hulu ke hilir oleh
pihak yang memahmi karbon terhadap elemn masyarakat desa.
2. Untuk mengukur pemahaman peserta terhadap karbon dan skema REDD+
menggunakan variabel manajemen sumberdaya manusia.
3. Untuk menentukan rencana strategis jangkah menengah terhadap kepedulian
udara bersih di TN. Berbak.
D.
Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan kelestarian hutan,
kepentingan keilmuan atau akademik maupun kepentingan praktisi atau kepentingan
manajerial.
1.
Kepentingan kelestarian hutan. Kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan kelestarian hutan karena penting nya daun-daun
pohon untuk menyerap karbon sebagai racun di udara.
2.
Kepentingan akademik. Kegiatan ini diharapkan dapat
menambah atau memperkaya pemahaman mengenai konsep karbon dan REDD+.
3.
Kepentingan praktisi atau manajerial. Kegiatan ini
diharapkan dapat memberikan masukan penting bagi manajemen organisasi khusus
nya Gita Buana dalam membangun inisitiaf kepedulian terhadap udara bersih.
E. Hipotesis-hipotesis kegiatan
Kegiatan ini untuk
membangun inisiatif kepedulian terhadap udara bersih pada masyarakat desa di
sekitar TN. Berbak – Jambi, dengan demikian Gita Buana akan mengajukan dugaan
sementara, yaitu;
1. Kegiatan Pertemuan / diskusi kampong mampu menjelaskan pemaham karbon dalam skema REDD+ yang
disampaikan oleh pembicara atau pemateri.
2.
Kata udara bersih mampu membuat peserta paham tentang
konsep karbon dan skema REDD+.
3. Variabel manajemen sumber daya manusia mampu untuk
mengukur sejauh mana peserta memahami kegiatan rapat akbar.
4. Pertemuan / diskusi kampong mampu menghasilkan dokumen rencana strategi jangka
menengah untuk kepedulian udara bersih di
setiap desa di sekitar TN. Berbak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar