Rabu, 12 Desember 2012

Gita Buana for community awareness-raising activities around Berbak National Park


Oleh : Oldy A.A – Gita Buana

 ABSTRAK

Udara bersih adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+. Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+. Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah mereka pahami sejak zaman dulu. Ada korelasi kata karbon dengan kata udara bersih dalam meningkatkan pemahaman skema REDD+. Maksud dari kegiatan ini untuk membangun inisiataif kepedulian  terhadap udara bersih kepada masayarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi. Masyarakat desa dengan mudah memahami karbon dan skema REDD+ melalui pendekatan kata udara bersih.

Kenapa udara bersih ? Karbon yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari ke mantul ke langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi menjadi tinggi. Walaupun hujan mampu untuk memadamkan api namun rata-rata musim hujan lebih pendek dari musim kemarau di tiap tahun. Akibatnya, kebakaran makin meluas, karbon bertambah banyak di udara dan suhu udara semakin tinggi, pertanian mengalami gagal panen akbiat kemarau dan air laut di daerah pantai makin masuk jauh kedaratan.

Bagi masyarakat yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan. Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanm pohon, karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa  menjaga kelestarian hutan khususnya hutan Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara bersih.

Metodologi yang digunakan dalam membangun inisiatif peduli udara bersih ini menggunakan model pertemuan / diskusi kampong atau pertemuan yang interaktif dengan melibatkan nara sumber penting yang terlibat dalam kegiatan REDD+ sebagai penguat pemahaman dalam membangun inisiatif udara bersih dan akhirnya elemen masyarakat dari beberapa desa sebagai peserta diarahkan diskusi untuk merencanakan pembangunan inisiatif udara bersih di desa mereka. Ada 32 desa yang terlibat dan terbagi dalam 6 klaster di 4 kecamatan dalam 2 kabupaten yang terlibat dalam kegiatan ini dengan durasi waktu kegiatan selama lima bulan. Pemerintahan dan organisasi lingkungan yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu; Pemerintahan Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana sebagai badan penyelenggara inisiatif ini. Pertemuan / diskusi kampong ini untuk membangun inisiatif peduli untuk udara bersih yang dihadiri dari elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.

Pertemuan / diskusi kampong  ini dilaksanakan selama satu hari terbagi dalam beberapa segment, yaitu; pembukaan oleh protokol, sambutan dan pencerahan dari pemerintahan kecamatan, pemahaman materi tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana  serta membangun diskusi untuk menggali rencana strategi jangkah menengah mereka dalam mewujudkan udara bersih desa yang berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan menggunakan pola HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, pemahaman tentang komitmen dan motivasi.

Untuk mengukur keberhasilan inisiatif udara bersih pada kegiatan tersebut yang dilakukan oleh Gita Buana, kami menggunakan model ukur metode kuantitatif dengan alat ukur berupa quesioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi, kepemimpinan dan komitmen. Quesioner diserahkan pada saat jam makan siang dan dikumpulkan pada saat akan pulang. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif  udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.


A.        Latar Belakang

Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.

Efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya, keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.

Adanya ancaman untuk bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi kata kunci “udara bersih”.

Udara bersih lebih mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun pemahaman dan pengertian skema REDD+.

Banyaknya karbon di udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2 (oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan bumi.

Dengan menggunakan kata udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+ (pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih). Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau kesadaran untuk tidak merusak hutan.

Inisiatif ini di bangun dalam bentuk pertemuan dengan masyarakat desa sekitar TN. Berbak melalui pemahaman-pemahaman yang melibatkan Pemerintahan Kecamatan, Balai Taman Nasional Berbak, dan Gita Buana. Pada tingkat masyarakat sebagai peserta diwakili oleh stakeholder lokal (Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Gender, Generasi Muda-mudi, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, dan pihak luar yang aktivitas nya ada pada desa di yang berbatasan dengan TN. Berbak.


Sulit sekali untuk menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+? Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk kegiatan udara bersih TN. Berbak.

Secara empiris, banyak para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.

 B.        Perumusan Masalah Kegiatan

Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk meningkatkan pemahan karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+ merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.

Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut. Dari  Selanjutnya Gita Buana akan melakukan kegiatan Pertemuan / diskusi kampong apakah dengan menggunakan kata udara bersih masyarakat mampu memahami konsep karbon dalam skema REDD+

Berdasarkan paparan di atas, masalah yang mendasar dari kegiatan ini dapat dikemukan sebagai berikut; “Bagaimana pengaruh kata udara bersih mampu meningkatkan pemahaman karbon dalam skema REDD+ di sekitar TN. Berbak”

Untuk menjawab pertanyaan yang mendasar ini maka dikemukakan beberapa pendekatan yang melibatkan variabel manajemen sumberdaya manusia dan dokumen rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih. Berdasarkan pertimbangan ini maka diajukan pertanyaan kegiatan sebagai berikut;

1.       Bagaimana peran pembicara mampu mentrasferkan pengetahuan tentang pemahan karbon dalam skema REDD+?
2.       Bagaimana transfer pengetahuan pemahaman untuk karbon dan REDD+ dapat di ukur ?
3.       Bagaimana rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih TN. Berbak ?

C.        Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini  secara mendasar ingin mengetahui pengaruh Pertemuan / diskusi kampong yang dihadiri dari peserta yang berasal dari elemen masyarakat desa dan pemateri dari pemerintahan dan organisasi lingkungan dalam pemahaman karbon dan REDD+ melalui kata udara bersih. Tujuan spesifik dari penelitian ini diungkapkan sebagai berikut;

1.    Untuk menjelaskan pemahan karbon dalam skema REDD+ dari hulu ke hilir oleh pihak yang memahmi karbon terhadap elemn masyarakat desa.
2.    Untuk mengukur pemahaman peserta terhadap karbon dan skema REDD+ menggunakan variabel manajemen sumberdaya manusia.
3.    Untuk menentukan rencana strategis jangkah menengah terhadap kepedulian udara bersih di TN. Berbak.

 D.        Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan kelestarian hutan, kepentingan keilmuan atau akademik maupun kepentingan praktisi atau kepentingan manajerial.

1.    Kepentingan kelestarian hutan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kelestarian hutan karena penting nya daun-daun pohon untuk menyerap karbon sebagai racun di udara.
2.    Kepentingan akademik. Kegiatan ini diharapkan dapat menambah atau memperkaya pemahaman mengenai konsep karbon dan REDD+.
3.    Kepentingan praktisi atau manajerial. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukan penting bagi manajemen organisasi khusus nya Gita Buana dalam membangun inisitiaf kepedulian terhadap udara bersih.


E.    Hipotesis-hipotesis kegiatan

Kegiatan ini untuk membangun inisiatif kepedulian terhadap udara bersih pada masyarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi, dengan demikian Gita Buana akan mengajukan dugaan sementara, yaitu;

1.  Kegiatan Pertemuan / diskusi kampong mampu menjelaskan pemaham karbon dalam skema REDD+ yang disampaikan oleh pembicara atau pemateri.
2.    Kata udara bersih mampu membuat peserta paham tentang konsep karbon dan skema REDD+.
3. Variabel manajemen sumber daya manusia mampu untuk mengukur sejauh mana peserta memahami kegiatan rapat akbar.
4.  Pertemuan / diskusi kampong mampu menghasilkan dokumen rencana strategi jangka menengah untuk kepedulian udara bersih di  setiap desa di sekitar TN. Berbak.







Alfin SH dan Azhar Hamzah: Memajukan Desa di Sungai Penuh melalui Implementasi Pedoman Pembangunan Desa dan SDGs

Sungai Penuh - Alfin SH dan Azhar Hamzah, calon walikota dan wakil walikota Sungai Penuh, berkomitmen memajukan desa-desa di wilayahnya deng...

Struktur Sungai

Struktur Sungai

POLA RUANG SUMATERA

POLA RUANG SUMATERA

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

BERHALE ISLAND

Pulau Berhala
Large selection of World Maps at stepmap.com
StepMap Pulau Berhala


ISI IDRISI TAIGA

ISI IDRISI TAIGA

HOW TO GOIN ON BERHALE ISLAND

Kota Jambi

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

TERAKHIR DI UPDATE GOOGLE

COMMUNICATE

+62 812731537 01