Senin, 02 Agustus 2010

Menteri PU: Pemindahan Ibukota Sedang Dikaji

Pemindahan Ibukota harus melibatkan seluruh stakeholder dan para pakar, kata Menteri PU.
 
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto (kiri).

VIVAnews - Pemerintah sedang mengkaji pemindahan Ibukota dari Jakarta. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan itu usai memperingati Hari Perencanaan Tata Ruang Sedunia di Ancol, Jakarta, Minggu 1 Agustus 2010.

"Usulan itu sudah lama mencuat," kata Djoko. "Kami juga sedang melakukan kajian," katanya.

Kajian pemindahan ini, kata Djoko, masih bersifat umum sehingga belum menyebut ke mana Ibukota dipindahkan. Selain itu, Djoko menyatakan pemindahan harus dibicarakan dengan seluruh pemangku kepentingan, bukan saja pemerintah.

"Pemindahan Ibukota butuh karya yang luar biasa besar, artinya, harus ada kajian dari seluruh stakeholder dan juga para pakar," katanya. "Pemindahan Ibukota bukan seperti boyongan pindah rumah, harus dipikirkan atau direncanakan secara matang," ujar mantan Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada itu.

Sebelumnya, Jehansyah Siregar, pakar pemukiman dari Institut Teknologi Bandung, menyatakan pemindahan Ibukota harus dilakukan sebuah badan yang memiliki wewenang sekelas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias atau Badan Otorita Batam di masa Orde Baru dulu.
 

Ayo Dukung Pemindahan Ibukota Dari Jakarta


Dukungan pemindahan ibukota negara dari Jakarta kini mulai marak, kolom kompasiana sudah tidak terhitung mengangkat tema tersebut, jejaring sosial facebook dan twitter dengan berbagai group melakukan penggalangan dukungan. Lalu bagaimana dengan anda????

Sebenarnya wacana pemindahan ibukota Negara bergulir setiap periode pemerintahan, dari era orde baru sampai sekarang wacana tersebut sudah mengemuka tapi sampai saat ini tidak pernah terealisasi.

Pada era orde baru presiden Soekarno sudah lama memimpikan Palangkaraya sebagai ibukota Negara, menurutnya Palangkaraya ideal sebagai ibu kota. Dalam buku berjudul “Soekarno & Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya, karya Wijanarka disebutkan Soekarno dua kali mengunjungi Palangkaraya untuk melihat langsung potensi kota itu menjadi pusat pemerintahan.

Saat meresmikan Palangkaraya sebagai ibukota Kalteng, Soekarno ingin merancang menjadi ibukota Negara, namun rencana itu hanya sebatas wacana karena selain faktor pengadaan bahan dan medan yang sangat sulit, saat itu Indonesia mempersiapkan diri menjadi penyelenggara Games of The Energing Force (Ganefo) sebuah proyek mercusuar bidang olahraga Soekarno yang mencoba menandingi olimpiade.

Dalam era Soeharto juga pernah menyebut Jonggol sebagai kota yang tepat kalau ibukota Negara akan dipindahkan. Namun saat itu Soeharto tidak mengemukakan alasan kenapa memilih kota tersebut. Dalam Era Habibie menjadi presiden juga terlempar wacana kalau ibukota Negara akan dipindahkan ke Sidrap, Sulawesi Selatan, Sidrap dianggap centralnya Indonesia. Kalau menarik benang dari Pulau Nias sampai Pulau Rote, kemudian mengambil tengahnya, maka Sidraplah yang menjadi titik centrum Indonesia.

Mengapa wacana pemindahan ibukota kembali marak? Hal ini tidak terlepas dari semakin banyaknya persoalan yang mendera Jakarta. Sebagai pusat pemerintahan Jakarta juga sebagai pusat perdaganagan dan keuangan, akibatnya sebagai pusat segalanya membuat kota ini menjadi tidak berdaya memikul beban yang semakin hari semakin bertumpuk, angka criminal semakin tinggi akibat segregasi ekonom, kemacetan semakin parah yang makan biaya 17,2 triliun pertahun.

Belum lagi posisi Jakarta yang rawan gempa.
Selain persoalan tersebut para pengamat dan pemerhati sosial memprediksi kalau ibu kota Negara tidak dipindahkan akan terjadi ledakan sosial dalam rentang 20 tahun kedepan seperti tahun 1998. Ledakan sosial itu terjadi karena semakin menajamnya kesenjangan sosial di Jakarta. Kelas menengah kebawah yang tidak bisa mengakses perumahan murah ditengah kota terpaksa mendiami perumahan kumuh atau tinggal diluar Kota.

Ketika tinggal diluar kota muncul beban transportasi karena lapangan pekerjaan hanya tersedia ditengah kota. Disaat yang sama pemerintah tidak menyiapkan pelayanana transportasi massal, cepat dan murah sehingga beban untuk warga menengah kebawah semakin besar. Kelas menegah atas tidak membutuhkan biaya lebih karena tinggal ditengah kota, sementara kelas menengah kebawah harus berjibaku dengan kemacetan dan biaya yang lebih tinggi. Apa yang terjadi dengan keadaan tersebut bila berlangung dalam waktu lama, maka kesenjangan akan memicu terjadinya konflik social.(vivanews.com/news/read/167742)

Namun demikian, meski banyak persoalan yang kini mendera Jakarta tetapi kita tidak boleh gegabah dalam mengambil tindakan atau secara emosional mengambil keputusan untuk segera memindahkan ibukota Negara. Pemindahan ibukota ibarat memindahkan sebuah kehidupan karena bukan hanya statusnya yang dipindahkan tetapi segala aspek yang mendukung harus tersedia sebelum dipindahkan, mulai dari lingkup manusia yang bekerja di dalamnya, sisitem Informasi dan Teknologi, insfrastruktur fisik pendukung serta sistem birokrasi.

Pemindahan ibukota juga membutuhkan anggaran yang tidak sedikit karena pasti memerlukan dana untuk pembangunan infrastruktur seperti perkantoran, perumahan, tempat bisnis dll. Selain soal anggaran harus membuat perencanaan yang matang sehingga konsep tata ruang seperti Jakarta yang amburadul tidak terjadi kalau ada pemindahan kota. Kota Jakarta yang semula sebagai Kampoeng Betawi , semua dilakukan tanpa rencana yang strategis dan konsep yang jelas sehingga Jakarta sulit disebut sebagi kota pemerinthan, kota bisnis pendidikan dsb.

Selain itu juga harus mempertimbangkan aspek yuridis, sekedar informasi bahwa pada tahun 2007 pemerintah bersama DPR RI sudah menyepakati UU No 29 tahun 2007 pengganti UU No 34 tahun 1999 yang mengatur tentang Propinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Negara. Dalam UU tersebut diatur tentang pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara kesatuan RI. Namun kalau hanya aspek yuridisnya persoalan hanya pada political will dari legislative dan eksekutif serta dukungan warga.

Seberapa besar keinginan untuk memindahkan ibukota yang sudah terbebani berbagai persoalan tersebut.
Contoh negara yang membagi fungsi atau ibukota yang pernah dipindahkan, Afrika membagi Cafetown dan Johansburg sebagai ibukota Negara dan Pemerintahan, Malaysia membagi Kota Johor sebagai ibukota negara dan Putra Jaya sebagai sebagai Ibukota pemerintahan, Pakistan memindahkan ibukota ke Kota Islamabat, Australia memindahkan Ibu Kota Canbera dari Sydnei.

Indonesia bagaimana? Menurut Kompasianer apakah Indonesia juga harus memindahkan ibukota negara dari Jakarta? Kapan dan dimana yang tepat?

Sumber :  http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/01/ayo-dukung-pemindahan-ibukota-dari-jakarta/

CRITICAL LAND VALUES AND VALUE ON MONITORING STOCK CARBON GAS EMISSION REDUCTION, DAMAGE AND OPENING OF FOREST (REDD) in INDONESIA


Source : Galeri Pemanasan Global

REDD is an important issue in improving the earth's climate. The ultimate goal of this issue is to minimize the opening of forests is important. No exception of Indonesia's forests which have important potential for improvement of the earth's climate. Why this is important, climate change is a global issue regarding the health of the earth. 

Earth disturbance starts from the widening ozone hole, so not too hot sun filters and raised the temperature at the earth's surface, the hole gradually wider and increasingly felt the temperature rise in the earth's temperature. This widening is due to industrial activities on the earth who use substances destroying the protective earth. Forests can improve the earth's climate changes, so the forest is the physical strength of the earth. Currently, the Earth experienced disruption to the physical. The interference can be felt in the ends of the earth the north.


Norway is a country located at the northern end of the earth, the country is expecting RI willing to work together and this has been agreed by both countries in the form of Program REDD (Reducing Emission Deforestration and Degradation). Impact of climate change is felt by Norway, the ice contained in the polar caps have melted due to the earth's surface temperature increases from the increased area of the ozone hole created by the industrial activity on earth. 


Liquid ice movement has been far seaward, and if this ice movement in the opposite direction, then the first country to mendapatkanya Norway. For the Government of Norway together with the Government of the Republic of Indonesia made a deal in the improvement of forests potentially important. Forests can neutralize waste gases of industrial gases that can damage the protective earth from the dangers outside. 


Norwegian cooperation mechanisms and RI is the cost of compensation to the forest that are not damaged in other words the Norwegian forest rented RI to neutralize the exhaust gases of industrial products which are created by the developed countries. Norway to pay compensation to the amount of carbon produced. 


The survey results a few references, the author tries to devise a method to meet such a mechanism. This paper answers the question of how NLK and NMSK affect REDD. The final aim of this paper is to identify important values that can make the program successful REDD. 


Working methods of analysis was done for the Critical Land Value is based on the Technical Guidelines for Spatial Data Compilation of Critical Land in 2004 by the Directorate General of Land Rehabilitation and Social Forestry (RLPS) and Letter of the Director General of RLPS No. S.296/V-SET/2004 dated 5 October 2004. At the Association technique used in this analysis is to overlay or overlaying method and checks or direct surveys in the field. 


Not found in the reference literature on the relationship NLK on REDD, the relationship makes the authors to initiate NLK try to use variables as independent variables in influencing the dependent variable (REDD). Unrestricted free variable is the variable that is determined by the variables measured. 





Measurable variables to meet the NLK as independent variables consisted of variables; spatial data coverage, land, land slope of spatial data, spatial data rate of erosion, the productivity level of spatial data and spatial data management criteria. Results of the measured variables would make the independent variables are bound to translate to the shape of the space form; room is very critical, critical space, space rather critical, space is not critical, the critical potential of space and space is not critical.

NILAI LAHAN KRITIS DAN NILAI MONITORING STOK KARBON TERHADAP PENGURANGAN GAS EMISI, KERUSAKAN DAN PEMBUKAAN HUTAN di INDONESIA


 

REDD (Reducing Emission Deforestation and Degradations) merupakan isu penting dalam perbaikan iklim bumi. Tujuan akhir dari isu ini adalah memperkecil pembukaan hutan-hutan penting. Tidak terkecuali RI yang memiliki hutan-hutan potensial penting untuk perbaikan iklim bumi. Kenapa ini penting, perubahan iklim merupakan isu global tentang kesehatan bumi.


Gangguan bumi dimulai dari pelebaran lobang ozon, sehingga panas matahari tidak ter-filter dan menaikan suhu permukaan di bumi, lambat laun lobang tersebut semakin luas dan semakin terasa temperatur suhu yang meningkat di bumi. Pelebaran ini adalah akibat aktivitas industri di bumi yang menggunakan zat perusak pelindung bumi. Hutan dapat memperbaiki perubahan iklim bumi, dengan demikian hutan adalah kekuatan fisik dari bumi. Saat ini, bumi mengalami gangguan terhadap fisik. Gangguan tersebut dapat dirasakan pada ujung bumi bagian utara.

Norwegia adalah negara yang terletak di ujung utara bumi, negara tersebut sangat mengharapkan RI mau untuk bekerja sama dan hal ini telah disepakati oleh kedua negara dalam bentuk Program REDD (Reducing Emission Deforestration and Degradation). Dampak perubahan iklim bumi sangat dirasakan oleh Norwegia, es yang terdapat di kutub utara telah mencair akibat dari naiknya suhu permukaan bumi dari peningkatan luas lobang ozon yang tercipta dari aktivitas industri di bumi.

Pergerakan cairnya es telah jauh mengarah ke laut, dan jika pergerakan es ini berlawanan arah, maka Norwegia negara pertama yang mendapatkanya. Untuk itu Pemerintahan Norwegia bersama Pemerintahan Republik Indonesia membuat kesepakatan dalam perbaikan hutan-hutan potensial penting. Hutan dapat menetralkan gas-gas pembuangan hasil industri yang dapat merusak gas pelindung bumi dari bahaya luar. Mekanisme kerja sama Norwegia dan RI adalah biaya kompensasi terhadap hutan yang tidak rusak dengan kata lain Norwegia menyewa hutan RI untuk menetralkan gas-gas pembuangan hasil industri yang diciptakan oleh negara-negara maju. Norwegia membayar kompensasi tersebut terhadap nilai karbon yang dihasilkan.

Hasil survey beberapa referensi, penulis mencoba untuk merancang suatu metoda untuk memenuhi mekanisme tersebut. Tulisan ini menjawab pertanyaan bagaimana NLK dan NMSK mempengaruhi REDD. Tujuan akhir dari tulisan ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai penting yang dapat mensukseskan program REDD.

Metode kerja yang dilakuan untuk analisa Nilai Lahan Kritis adalah atas berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis tahun 2004 oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jendral RLPS No. S.296/V-SET/2004 tanggal 5 oktober 2004. Pada Dasarnya teknik yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan metoda overlay atau tumpang susun dan pengecekan atau survey langsung di lapangan.<

Tidak ditemukan dalam referensi literatur tentang hubungan NLK terhadap REDD, hubungan membuat penulis untuk berinisiatif mencoba menggunakan variabel NLK sebagai variabel bebas terikat dalam mempengaruhi variabel tidak bebas (REDD). Variabel bebas tidak terikat adalah variabel yang ditentukan oleh variabel-variabel yang terukur.

Variabel terukur untuk memenuhi NLK sebagai variabel bebas terdiri atas variabel ; data spasial liputan lahan, data spasial kemiringan lahan, data spasial tingkat erosi, data spasial tingkat produktivitas dan data spasial kriteria manajemen. Hasil dari variabel terukur tersebut akan membuat variabel bebas terikat akan menterjemahkan ruang dengan bentuk bagian berupa ; ruang sangat kritis, ruang kritis, ruang agak kritis, ruang tidak kritis, ruang potensial kritis dan ruang tidak kritis.

Ditulis Oleh : Oldy Arnoldy Arby (Agustus, 2010)
KOORDINATOR FORUM TATA RUANG INDONESIA





Sabtu, 31 Juli 2010

Pemindahan Ibu Kota Negara

Istana Negara. TEMPO/Dwi Narwoko

 Jakarta — Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, mendukung wacana pemindahan ibu kota negara. Ia menilai wacana tersebut mampu menolong problem perkotaan dan meratakan pembangunan nasional. “Bagus-bagus saja,” ujarnya, Jumat (30/7).

Menurut Prijanto, pemindahan pusat pemerintahan merupakan bagian dari solusi masalah transportasi dan arus urbanisasi. “Setidaknya juga akan ada pemerataan. Karena daerah-daerah tertinggal di sejumlah nusantara juga akan ikut berkembang,” katanya.

Ia pun mendukung jika Kota Jakarta dijadikan sebagai kota jasa dan pusat perekonomian. Karena itu, ia berharap, kompleks perguruan tinggi yang saat ini masih tersebar di dalam kota segera pindah ke pinggiran ibu kota.

Wacana pemindahan ibu kota sempat bergulir dalam seminar yang diselenggarakan Badan Perencana Pembangunan Nasional pekan lalu. Beberapa wilayah yang disasar adalah Kota di Pinggir Jakarta, Palangkaraya atau ke wilayah Indonesia bagian Timur.

Namun sebagian besar pengamat yang hadir ketika itu umumnya menolak wacana tersebut. Dewan Penasihat Presiden, Emil Salim menilai tata ruang yang ada di Jakarta mampu mendukung aktivitas dalam skala regional dan global.


Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/07/30/brk,20100730-267641,id.html

Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, paling tepat menjadi Ibukota Republik Indonesia menggantikan Jakarta



Banjir landa kawasan Cempaka Putih Jakarta Pusat (Antara/Fanny Oktavianus)
VIVAnews - Pimpinan Komisi II DPR yang membidangi pemerintahan dalam negeri menilai Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, paling tepat menjadi Ibukota Republik Indonesia menggantikan Jakarta. Ada beberapa alasan Palangkaraya paling pas menjadi pusat pemerintahan.

"Secara geografis, Palangkaraya yang berada di Kalimantan terletak di titik tengah Indonesia," ujar Ketua Komisi II Chairuman Harahap kepada VIVAnews.

Selain itu, menurutnya, dari segi pertahanan pun Palangkaraya dinilai paling pas menjadi sentra pemerintahan. "Daratannya yang luas sangat bagus menjadi buffer atau benteng pertahanan," kata politisi Golkar itu di Gedung DPR, Jakarta.

Wakil Ketua Komisi II Ganjar Pranowo juga sepakat bila Palangkaraya menjadi Ibukota negara yang baru. Menurutnya, rencana Bung Karno untuk memindahkan Ibukota ke Palangkaraya adalah suatu gagasan jenius yang melampaui zamannya.

"Saat itu Bung Karno sudah memperhitungkan berbagai kemungkinan. Misalnya, Jakarta sejak dulu tidak didesain pemerintah Belanda untuk menanggung beban yang begini tinggi," kata Ganjar secara terpisah di Gedung DPR.

Kini terbukti, ujar Ganjar, dengan pertumbuhan yang luar biasa pesat namun tak terbendung, tak terkelola, dan tak terkontrol, Jakarta justru semakin tergerus dengan perkembangannya sendiri. "Tidak ada manajemen yang baik dalam mengelola tata kota Jakarta," kata politisi PDIP itu.

Sebaliknya, kata Ganjar, Palangkaraya memiliki tata ruang bagus yang bagus, dan lahan yang luas. Di samping itu, Palangkaraya pun mempunyai beberapa kelebihan sebagai Ibukota negara, baik dari segi geografis maupun pertahanan.

"Pertama, secara geografis Palangkaraya yang terletak di Kalimantan adalah daerah aman gempa," tutur Ganjar. Kalimantan tidak termasuk dalam wilayah ring of fire atau lingkar api. "Di sana hanya terdiri dari daratan yang datar, tanpa gunung," ujar Ganjar.

"Kedua, dari segi pertahanan, Palangkaraya dekat dengan perbatasan," kata Ganjar. Bila Ibukota ditempatkan di wilayah yang dekat dengan perbatasan, maka otomatis daerah perbatasan akan lebih diperhatikan oleh pemerintah pusat.

"Ketiga, Palangkaraya memiliki tanah yang luas," ujar Ganjar. Luas Palangkaraya mencapai 2.678,51 km persegi. Sebagai perbandingan, luas Jakarta hanya 661,52 km persegi. "Luas Kalimantan Tengah saja dua kali luas Pulau Jawa," kata Ganjar. Jadi, simpulnya, sangat tepat bila Palangkaraya menjadi kandidat Ibukota yang paling layak.

Namun pemindahan Ibukota negara memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun Chairuman dan Ganjar yakin, hasilnya pun akan sepadan. "Ingat, suatu kota itu ada karena ditumbuhkan, bukan ada dengan sendirinya," kata Chairuman. Oleh karena itu, lanjutnya, jika pemindahan Ibukota benar-benar akan dilaksanakan, maka infrastruktur dan sarana penunjang kehidupan harus dibangun secara bertahap di calon Ibukota tersebut.

Namun parlemen tak satu suara mendukung pemindahan ini. Idrus Marham, Sekjen Golkar yang duduk di Komisi II tak mendukung. Muslim, politisi Demokrat yang juga di Komisi II, lebih mendukung Jonggol sebagai Ibukota pemerintahan.(np)

Sumber : http://politik.vivanews.com/news/read/167865-mengapa-palangkaraya-paling-pas-jadi-ibukota

DKI Sukseskan Peringatan Hari Tata Ruang Dunia 2010

dok/beritajakarta.com


 
BERITAJAKARTA.COM — 30-07-2010 17:58
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Lingkungan Hidup akan mencanangkan peringatan Hari Tata Ruang Dunia (World Town Planning Day-WTDP), yang akan dirayakan serentak di seluruh provinsi di Indonesia. Rencananya, pencanangannya akan digelar di Ancol, Jakarta Utara, Minggu (1/8). Tema yang diusung pada tahun 2010 ini adalah “Smart Green City Planning” atau Perencanaan Cerdas Mewujudkan Kota Hijau.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menerangkan, pencanangan tersebut merupakan tanda dimulainya berbagai rangkaian peringatan WTPD 2010 di seluruh Indonesia. Sedangkan acara puncaknya akan diadakan pada tanggal 6-8 November 2010 di Denpasar-Bali. “Sesuai dengan temanya, aspek-aspek yang dikedepankan adalah perencanaan kota hijau secara cerdas melalui pertimbangan aspek-aspek ekonomi, lingkungan, sosial-budaya, dan tata kelola secara berkelanjutan,” kata Fauzi Bowo di Balaikota DKI, Jumat (30/7).

Tagline yang digunakan adalah Kotaku Hijau, dibuat agar lebih memudahkan masyarakat luas mengaitkan dengan tema WTPD 2010. Tema ini sangat relevan dengan apa yang sedang dilaksanakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Yakni rancangan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010-2030 segera dibahas dan ditetapkan menjadi Perda pada tahun ni.

“Raperda tersebut berupaya untuk mengadopsi perencanaan cerdas, yang salah satunya melalui penerapan prinsip pengelolaan pertumbuhan (growth management),” ujarnya. Contohnya, mengembangkan kawasan Pantura dengan tujuan memungkinkannya penambahan RTH dan pantai-pantai publik, meningkatkan rasio badan air, menyediakan alternatif sumber air bersih dan pembangunan tanggul-tanggul laut untuk mengantisipasi kenaikan muka air laut.

Ia menjelaskan, memperhatikan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditempuh melalui 3 proses utama yang saling berkaitan, yaitu proses perencanaan tata ruang wilayah yang menghasilkan RTRW sebagai guidance of future action. Agar interaksi manusia atau makhluk hidup dengan lingkungannya berjalan selaras, serasi, dan seimbang bagi kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Kedua, proses pemanfaatan ruang yang merupakan wujud operasionalisasi dari rencana tata ruang. Selanjutnya proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW atau tujuan penataan ruang. “Perencanaan tata ruang DKI Jakarta secara mendasar mempertimbangkan isu-isu strategis, terutama aspek-aspek yang memberikan implikasi signifikan terhadap pembentukan struktur ruang dan pola ruang wilayah DKI Jakarta,” tuturnya. 

Pemprov DKI Jakarta juga menerapkan kebijakan pengawasan ketat atas pertumbuhan fisik kota melalui penambahan ruang terbuka hijau, pengembalian fungsi-fungsi jalur hijau, penajaman sasaran berbagai kegiatan pada pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kerja sama pengendalian tata ruang dengan pemerintah kota/daerah.

Dalam hal pembangunan dan pengelolaan RTH, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen mempertahankan RTH yang ada dan secara bertahap menambah luas RTH. Antara lain, melalui program pembangunan taman dan hutan, pembangunan kawasan, serta mendorong keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan dan pengelolaan RTH. Kesemuanya membutuhkan partisipasi dari seluruh warga demi terwujudnya Jakarta sebagai kota hijau.

Sumber :  http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=40389

Struktur Sungai

Struktur Sungai

POLA RUANG SUMATERA

POLA RUANG SUMATERA

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi

BERHALE ISLAND

Pulau Berhala
Large selection of World Maps at stepmap.com
StepMap Pulau Berhala


ISI IDRISI TAIGA

ISI IDRISI TAIGA

HOW TO GOIN ON BERHALE ISLAND

Kota Jambi

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo

TERAKHIR DI UPDATE GOOGLE

COMMUNICATE

+62 812731537 01