Senin, 13 Juli 2009
KENAPA HARUS GIS?
Orang yang baru mengenal GIS cenderung menganggap bahwa GIS adalah solusi untuk semua masalah. Apakah benar demikian? Hal ini tidak sepenuhnya salah karena GIS memang memiliki tool dan metode yang sangat powerful.
Tetapi, orang cenderung membesar-besarkan kelebihan GIS dan menghilangkan kekurangannya/ permasalahnnya. Saya pikir kita perlu memperhatikan juga masalah dalam GIS sebagai berikut:
GIS laksana dua sisi mata uang. GIS sangat tergantung kepada orang yang menggunakannya. GIS dapat digunakan untuk hal-hal yang “baik/benar” seperti analisis kerawanan, jalur terpendek, dll.
Tapi GIS juga dapat digunakan untuk manipulasi. Kita akan mudah sekali melakukan manipulasi hasil analisis. Semakin mahir operator/analis GIS, semakin mudah mereka melakukan manipulasi.
GIS bukanlah pembuat peta. Anggapan bahwa GIS adalah pembuat peta tidak saja salah, tapi menyesatkan. Pola pikir ini adalah berorientasi hasil. Kelebihan GIS yang terbesar bukanlah untuk produksi peta. Memang benar kita bisa menggunakan GIS untuk menghasilkan peta. Tetapi, sesungguhnya lebih baik menggunakan “desktop publishing” daripada software GIS untuk membuat peta yang menarik. Tugas utama GIS adalah menjawab pertanyaan pengambil keputusan.
GIS sangat tergantung kepada dispilin lain. GIS memerlukan penginderaan jauh, inventarisasi, sampling, statistika, kartografi, ekonomi, ilmu social, dll. Dapat dikatakan bahwa GIS memerlukan hampir semua disiplin. Sehingga, kita tidak akan dapat memecahkan masalah-masalah spasial jika kita tidak mengerti disiplin-disiplin lain.
GIS tidak terbebas dari error. GIS selalu memiliki error. Meskipun kita memiliki perangkat yang canggih, kita masih akan memiliki error di GIS.
GIS adalah ilmu dan seni. Kadang orang lupa bahwa ada unsur seni dalam GIS. Hal ini berarti bahwa ada subyektifitas dalam GIS. Metode/perangkat yang sama digunakan oleh dua orang yang berbeda sering memberikan hasil yang berbeda.
Sebuah kata klasik: GIGO. Jika kita masukan sampah, maka yang keluar juga sampah. Manipulasi data/informasi sering terjadi dalam tahapan GIS. Manipulasi sering muncul saat terdapat tekanan untuk memenuhi ‘dead line” dari suatu proyek.
GIS memberikan apa yang kita perlukan. Oleh karena itu apa yang kita inginkan dari GIS seharusnya adalah pertanyaan yang pertama kali muncul sebelum menggunakan GIS. Ketahui apa yang kita inginkan, lakukan apa yang kita perlukan, dan nikmatilah hasil yang kita targetkan. Tidak ada solusi yang sama untuk semua kasus spasial.
Minggu, 12 Juli 2009
Tutupan Lahan (vegetasi kawasan)dengan Pemanfaatan Citra Satelit
Perolehan Informasi mengenai (kerapatan biomassa atau (tingkat kehijauan) vegetasi sering menjadi tujuan-tujuan milik studi – studi dan investigasi terhadap penutupan lahan (landcover); terutama bagi wilayah-wilayah yang sering kali disebut PARU-PARU DUNIA (dan sering juga dikaitkan dengan masalah-masalah emisi karbon dan cadangan oksigen dunia) dan negara nomor wahid di dalam keaneka ragaman (diversity) jenis flora dan fauna.
Informasi yang sering dinyatakan dalam terminologi indeks vegetasi (VI) ini, secara praktis dan dapat diperoleh dari CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH. Makin besar nilai indeks ini, makin rapat dan sehat vegetasinya. Informasi seputar ini dapat memberikan kontribusi terbaiknya pada bidang-bidang kehutanan (Forestry).
Pada pembicaraan seputar vegetasi di Indonesia, khususnya area hutan, secara umum teradpat fakta yang boleh disebut kontradiktif : seringnya terjadi penebangan , penggudulan, pencurian kayu (Illegal Logging), dan kerusakan hutan dengan kecepatan yang relatif tinggi sebesar 2,8 juta Ha pertahun untuk periode 1997-2000 dan 1,8 juta Ha pertahun untuk periode 2001-2005; sementara penanamannya kembalinya (recovery) belum sebanding.
Dalam kaitan inilah aktivitas pada bidang-bidang penginderaan jauh beserta proses pengolahan citranya diperlukan sebagai alat bantu untuk memonitor, menginventarisasikan, dan mengevaluasi sumber daya penyerap carbon sekaligus produsen oksigen bagi dunia. Hutan. (powered by HB-susufanta@yahoo.com)
Informasi yang sering dinyatakan dalam terminologi indeks vegetasi (VI) ini, secara praktis dan dapat diperoleh dari CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH. Makin besar nilai indeks ini, makin rapat dan sehat vegetasinya. Informasi seputar ini dapat memberikan kontribusi terbaiknya pada bidang-bidang kehutanan (Forestry).
Pada pembicaraan seputar vegetasi di Indonesia, khususnya area hutan, secara umum teradpat fakta yang boleh disebut kontradiktif : seringnya terjadi penebangan , penggudulan, pencurian kayu (Illegal Logging), dan kerusakan hutan dengan kecepatan yang relatif tinggi sebesar 2,8 juta Ha pertahun untuk periode 1997-2000 dan 1,8 juta Ha pertahun untuk periode 2001-2005; sementara penanamannya kembalinya (recovery) belum sebanding.
Dalam kaitan inilah aktivitas pada bidang-bidang penginderaan jauh beserta proses pengolahan citranya diperlukan sebagai alat bantu untuk memonitor, menginventarisasikan, dan mengevaluasi sumber daya penyerap carbon sekaligus produsen oksigen bagi dunia. Hutan. (powered by HB-susufanta@yahoo.com)
Langganan:
Postingan (Atom)
Alfin SH dan Azhar Hamzah: Memajukan Desa di Sungai Penuh melalui Implementasi Pedoman Pembangunan Desa dan SDGs
Sungai Penuh - Alfin SH dan Azhar Hamzah, calon walikota dan wakil walikota Sungai Penuh, berkomitmen memajukan desa-desa di wilayahnya deng...
STUDY TATA RUANG
Struktur Sungai
-
*Kota Sungai Penuh* — Alfin SH, calon kuat dalam pemilihan Wali Kota Sungai Penuh, kembali menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak hanya tentan...
POLA RUANG SUMATERA
Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi
BERHALE ISLAND
ISI IDRISI TAIGA
Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo
PERATURAN TATA RUANG
DOWNLOAD PETA-PETA
Labels
Study Tata Ruang
(6)
Geospasial
(3)
PETA RTRW
(3)
PERDA RTRW
(2)
Peta Taman Nasional Bukit 30
(2)
Gunung Kerinci
(1)
Perencanaan Wilayah dan Kota
(1)
Peta Administrasi
(1)
SPASIAL
(1)
TANYA-JAWAB
(1)
TNBT
(1)
UU No 4/11 Informasi Geospasial
(1)
COMMUNICATE
+62 812731537 01