Kamis, 27 Desember 2012
Rabu, 26 Desember 2012
Membuat Udara Bersih di Sekitar TN. Berbak – Jambi
Masalah dalam Pemahaman REDD+ di Masyarakat
Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk meningkatkan pemahaman karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+ merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.
Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+. Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah mereka pahami sejak zaman dulu.
Di sisi lain, dunia menghadapi keracunan udara akibat negara industri yang terus berproduksi dan menghasilkan karbondioksida di udara. Untuk itu perlu suatu kesepakatan untuk menurunkan emisi tersebut. Hutan sebagai ruang tempat menyerap racun udara banyak terdapat pada negara berkembang namun masyarakat menggunakan hutan sebagai wahana untuk perekonomian sebagai keberlangsungan kehidupan maka dari ini dunia perlu membangun mekanisme penurunan emisi di udara
Penulis :
Target Pembaca :
Jenis tulisan :
Tujuan Tulisan :
Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk meningkatkan pemahaman karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+ merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.
Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+. Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah mereka pahami sejak zaman dulu.
Di sisi lain, dunia menghadapi keracunan udara akibat negara industri yang terus berproduksi dan menghasilkan karbondioksida di udara. Untuk itu perlu suatu kesepakatan untuk menurunkan emisi tersebut. Hutan sebagai ruang tempat menyerap racun udara banyak terdapat pada negara berkembang namun masyarakat menggunakan hutan sebagai wahana untuk perekonomian sebagai keberlangsungan kehidupan maka dari ini dunia perlu membangun mekanisme penurunan emisi di udara
Ada korelasi kata karbon dengan kata udara bersih dalam meningkatkan pemahaman skema REDD+. Maksud dari kegiatan ini untuk membangun inisiataif kepedulian terhadap udara bersih kepada masayarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi. Masyarakat desa dengan mudah memahami karbon dan skema REDD+ melalui pendekatan kata udara bersih.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Kenapa Udara Bersih ?
Udara bersih adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+. Kenapa udara bersih ? Karbondioksida yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari yang mantul ke langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi menjadi tinggi.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Kenapa Udara Bersih ?
Udara bersih adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+. Kenapa udara bersih ? Karbondioksida yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari yang mantul ke langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi menjadi tinggi.
Walaupun hujan mampu untuk memadamkan api namun rata-rata musim hujan lebih pendek dari musim kemarau di tiap tahun. Akibatnya, banyak para petani membuka lahan dengan cara membakar hutan atau belukar, kebakaran makin meluas, karbondioksida bertambah banyak di udara dan suhu udara semakin tinggi, pertanian mengalami gagal panen akbiat kemarau dan air laut di daerah pantai makin masuk jauh kedaratan.
Ada 32 desa yang terdapat di sekitar TN. Berbak. Pemerintahan Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana berupaya untuk penyelenggara inisiatif ini. Bentuk inisiatif ini berupa kegiatan sosialisasi dengan teknis pelaksanaan berupa pertemuan kampung. Tujuan pertemuan kampung ini untuk membangun inisiatif peduli udara bersih yang dihadiri dari elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan kampung ini dilaksanakan dalam beberapa segment, yaitu pengantar dan penjelasanan dari pemerintahan kecamatan, Pemahaman materi tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi sebagai badan pemerintah yang bertanggungjawab atas kelestarian dan Gita Buana sebagai lembaga swadaya masyarakat berperan mendorong serta membangun untuk menggali rencana strategi jangkah menengah mereka. Udara bersih desa harus berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan dengan cara pola produksi HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur keberhasilan pemahaman membangun inisiatif udara bersih pada kegiatan sosialsisai yang dilakukan oleh Gita Buana dengan menggunakan model pengukuran berupa pengukuran metode kuantitatif dengan alat ukur berupa kuestioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi, kepemimpinan dan komitmen. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
Korelasi Udara Bersih dan Karbon
Bagi masyarakat yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan. Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanam pohon, karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara bersih.
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya, keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2 (oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan bumi.
Dengan menggunakan kata udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+ (pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih). Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Sulit sekali untuk menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+? Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
Ada 32 desa yang terdapat di sekitar TN. Berbak. Pemerintahan Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana berupaya untuk penyelenggara inisiatif ini. Bentuk inisiatif ini berupa kegiatan sosialisasi dengan teknis pelaksanaan berupa pertemuan kampung. Tujuan pertemuan kampung ini untuk membangun inisiatif peduli udara bersih yang dihadiri dari elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan kampung ini dilaksanakan dalam beberapa segment, yaitu pengantar dan penjelasanan dari pemerintahan kecamatan, Pemahaman materi tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi sebagai badan pemerintah yang bertanggungjawab atas kelestarian dan Gita Buana sebagai lembaga swadaya masyarakat berperan mendorong serta membangun untuk menggali rencana strategi jangkah menengah mereka. Udara bersih desa harus berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan dengan cara pola produksi HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur keberhasilan pemahaman membangun inisiatif udara bersih pada kegiatan sosialsisai yang dilakukan oleh Gita Buana dengan menggunakan model pengukuran berupa pengukuran metode kuantitatif dengan alat ukur berupa kuestioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi, kepemimpinan dan komitmen. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
Korelasi Udara Bersih dan Karbon
Bagi masyarakat yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan. Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanam pohon, karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara bersih.
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya, keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2 (oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan bumi.
Dengan menggunakan kata udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+ (pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih). Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Sulit sekali untuk menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+? Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
Penulis :
Oldy A. A.
Target Pembaca :
Masyarakat Desa di Sekitar TN. Berbak, Pemerintah Kab. Ma. Jambi dan Kab. Tanjab Timur serta Balai TN. Berbak dan Masyarakat Internet
Jenis tulisan :
Proses penguatan pemahaman tentang REDD+ di masyarakat
Tujuan Tulisan :
Untuk memberi pemahaman tentang REDD+ kepada masyarakat desa di sekitar TN. Berbak Jambi dan pemerintahan Kab. Ma. Jambi serta Kab. Tanjab Timur
Selasa, 25 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
Jumat, 21 Desember 2012
Kamis, 13 Desember 2012
Rabu, 12 Desember 2012
Gita Buana for community awareness-raising activities around Berbak National Park
Oleh : Oldy A.A – Gita Buana
ABSTRAK
Udara bersih
adalah model pendekatan untuk memahami penjelasan karbon dalam skema REDD+.
Masyarakat desa sangat sulit untuk memahami istilah karbon dalam skema REDD+.
Kata karbon muncul pada tahun-tahun belakang ini dan merupakan kata baru
sehingga pemahamannya pun perlu waktu. Namun, kata udara udara bersih telah
mereka pahami sejak zaman dulu. Ada korelasi kata karbon dengan kata udara
bersih dalam meningkatkan pemahaman skema REDD+. Maksud dari kegiatan ini untuk
membangun inisiataif kepedulian terhadap
udara bersih kepada masayarakat desa di sekitar TN. Berbak – Jambi. Masyarakat
desa dengan mudah memahami karbon dan skema REDD+ melalui pendekatan kata udara
bersih.
Kenapa udara
bersih ? Karbon yang ada di udara adalah penghalang sinar matahari ke mantul ke
langit sehingga mantul kembali ke bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi
tinggi, akibatnya hutan menjadi mudah terbakar karena suhu permukaan bumi
menjadi tinggi. Walaupun hujan mampu untuk memadamkan api namun rata-rata musim
hujan lebih pendek dari musim kemarau di tiap tahun. Akibatnya, kebakaran makin
meluas, karbon bertambah banyak di udara dan suhu udara semakin tinggi,
pertanian mengalami gagal panen akbiat kemarau dan air laut di daerah pantai
makin masuk jauh kedaratan.
Bagi masyarakat
yang kesejahteraanya tergantung pada pertanian atau perkebunan tentunya akan
mengalami penurunan pendapatan oleh perubahan cuaca yang tidak menguntungkan.
Kerusakan alam yang disebabkan oleh karbon karena menghadang laju sinar
matahari ke langit merupakan masalah yang sedang kita hadapi. Ada cara untuk
membersihakan karbon di udara dengan cara menjaga hutan dan menanm pohon,
karena daun pada siang hari berfotosintesis menyerap karbon di udara dan
melepaskan oksigen sebagai bentuk udara bersih. Jika ini bisa dipahami maka
pihak pemerintah dan organisasi lingkungan dengan mudah bersama masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan khususnya hutan
Taman Nasional Berbak karena hakikat dan hirarki dari pemahaman tentang udara
bersih.
Metodologi yang
digunakan dalam membangun inisiatif peduli udara bersih ini menggunakan model pertemuan
/ diskusi kampong atau pertemuan yang interaktif
dengan melibatkan nara sumber penting yang terlibat dalam kegiatan REDD+
sebagai penguat pemahaman dalam membangun inisiatif udara bersih dan akhirnya
elemen masyarakat dari beberapa desa sebagai peserta diarahkan diskusi untuk merencanakan
pembangunan inisiatif udara bersih di desa mereka. Ada 32 desa yang terlibat
dan terbagi dalam 6 klaster di 4 kecamatan dalam 2 kabupaten yang terlibat
dalam kegiatan ini dengan durasi waktu kegiatan selama lima bulan. Pemerintahan
dan organisasi lingkungan yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu; Pemerintahan
Kecamatan, Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana sebagai badan penyelenggara
inisiatif ini. Pertemuan / diskusi kampong ini untuk membangun inisiatif peduli untuk udara bersih yang dihadiri dari
elemen masyarakat berasal dari; Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama,
Pengusaha Lokal/Toke, Ibu-ibu/Kelompok Wanita, Generasi Muda-mudi serta lembaga
yang memiliki ruang aktivitas dalam desa tersebut.
Pertemuan
/ diskusi kampong ini dilaksanakan
selama satu hari terbagi dalam beberapa segment, yaitu; pembukaan oleh
protokol, sambutan dan pencerahan dari pemerintahan kecamatan, pemahaman materi
tentang REDD+ oleh Balai TNB Dishut Jambi dan Gita Buana serta membangun diskusi untuk menggali rencana
strategi jangkah menengah mereka dalam mewujudkan udara bersih desa yang
berkorelasi dengan peningkatan ekonomi serta kelestarian hutan menggunakan pola
HHBK (hasil hutan bukan kayu) serta membangun prilaku kepemimpinan, pemahaman
tentang komitmen dan motivasi.
Untuk mengukur
keberhasilan inisiatif udara bersih pada kegiatan tersebut yang dilakukan oleh
Gita Buana, kami menggunakan model ukur metode kuantitatif dengan alat ukur
berupa quesioner. Variabel yang terlibat dalam mengukur keberhasilan inisiatif
ini menggunakan variabel; kepuasan peserta, kualitas pelayanan, motivasi,
kepemimpinan dan komitmen. Quesioner diserahkan pada saat jam makan siang dan
dikumpulkan pada saat akan pulang. Dari quesioner ini akan di ukur kemampuan
peserta dalam menyerap materi untuk pemahaman tentang REDD+ serta mengukur
kualitas pelayanan Gita Buana dalam membangun inisiatif udara bersih terhadap masayarakat dan stake holder.
A.
Latar Belakang
Sinar matahari yang
sampai ke bumi akan mantul kembali ke atas bumi namun dalam perjalan ke langit
sinar tersebut terhadang oleh unsur karbon dan selanjutnya mantul kembali ke
bumi dan seterusnya. Akibat dari sinar matahari yang terus memantul yang
terjebak oleh lapisan karbon di sekililing bumi maka sinar tersebut menaikan suhu
permukaan bumi, gejala ini yang dikenal dengan istilah pemanasan global. Karbon
berasal dari polusi industri negara maju dan kebakaran hutan di negara
berkembang. Efek atau dampak ini disebut “efek rumah kaca”.
Efek rumah kaca yang
menyebabkan naiknya suhu bumi selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan
iklim, misalnya; kemarau yang berkepanjangan yang menimbulkan kebakaran dan
selanjutnya akan menambah tinggi kosentrasi karbon di udara. Akibatnya,
keseimbangan ekosistem bumi akan mengalami gangguan dan menimbulkan
kerusakan-kerusakan di permukaan bumi, akhirnya bumi hancur.
Adanya ancaman untuk
bumi akibat efek rumah kaca, kami dari Gita Buana peduli terhadap bumi dan akan
membangun peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang solusi-solusi untuk
mengantisipasi ancaman yang dihadapi oleh bumi pada wilayah kerja kami (32 desa
di perbatasan TN. Berbak). Inisiatif ini kami bangun untuk mempermudah
masyarakat kecil (penduduk desa) dalam pemahaman skema REDD+ dengan di mediasi
kata kunci “udara bersih”.
Udara bersih lebih
mudah dipahami oleh masyarakat desa karena udara bersih lebih banyak terdapat
di desa. Melalui udara bersih, pemahaman karbon atau REDD+ lebih mudah untuk
dimengerti masyarakat desa. Dari model ini Gita Buana berangkat untuk membangun
pemahaman dan pengertian skema REDD+.
Banyaknya karbon di
udara dapat dibersihkan oleh daun-daun tanaman dan hutan. Daun tanaman pada
siang hari akan berfotosintesis (membuat zat hijau daun). Pada proses
fotosintesis tersebut daun membutuhkan karbon di udara (CO2). Daun
tanaman akan mengambil C (karbon) di udara dan melepaskan O2
(oksigen), udara pun bersih. Dengan memelihara pohon masyarakat sudah
menciptakan udara bersih dan secara tidak langsung telah menghambat kerusakan
bumi.
Dengan menggunakan kata
udara bersih, masyarakat cepat memahaminya. Udara bersih dan karbon adalah kata
yang bertolak belakang namun memiki fungsi yang sama dalam konsep REDD+
(pengurangan efek rumah kaca, penyerapan racun udara dan membuat udara bersih).
Dengan menggunakan kata kunci udara bersih, skema REDD+ mudah dipahami oleh
masyarakat desa dan ini memungkinkan untuk meningkatkan inisiatif atau
kesadaran untuk tidak merusak hutan.
Inisiatif ini di
bangun dalam bentuk pertemuan dengan masyarakat desa sekitar TN. Berbak melalui
pemahaman-pemahaman yang melibatkan Pemerintahan Kecamatan, Balai Taman
Nasional Berbak, dan Gita Buana. Pada tingkat masyarakat sebagai peserta
diwakili oleh stakeholder lokal
(Pemerintahan Desa, Tokoh Adat, Gender, Generasi Muda-mudi, Tokoh Agama, Pengusaha
Lokal/Toke, dan pihak luar yang aktivitas nya ada pada desa di yang berbatasan
dengan TN. Berbak.
Sulit sekali untuk
menterjemahkan karbon pada tingkat masyarakat desa dikarenakan jarang
digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maksud dari kegiatan rapat
akbar ini adalah untuk menjawab pertanyaan “Bagaima sebuah kata seperti udara
bersih mampu memahami penjelasan lebih dalam tentang karbon dalam skema REDD+?
Secara lebih spesifik, kegiatan ini memiliki tiga tujuan, yaitu; memberi pemahaman
tentang karbon melalui kata udara bersih di tingkat masyarakat desa, mengukur
tingkat pemahaman peserta dan membuat rencana strategis jangka menengah untuk
kegiatan udara bersih TN. Berbak.
Secara empiris, banyak
para ahli atau lembaga peneliti mengkaji tentang skema REDD+ untuk memperkecil
kandungan karbon di udara. Oleh sebab itu, Gita Buana akan melakukan kegiatan
pemahaman skema REDD+ dengan pendekatan berupa; Membangun Inisiatif kepedulian
terhadap Udara Bersih Pada Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional berbak
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupoaten Tanjung Jabung Timur pada propinsi Jambi.
B.
Perumusan Masalah Kegiatan
Gita Buana merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang berfokus pada
kegiatan konservasi hutan dan lingkungan alam mencoba menggagas untuk
meningkatkan pemahan karbon dalam skema REDD+ dengan menggunakan kata udara
bersih. Kurangnya pemahaman masayarakat desa untuk pengertian karbon dan REDD+
merupakan masalah penting dalam penerapan sistem REDD+ di sekitar TN. Berbak.
Sistem REDD+ yang masih dalam penyempurnaan, pemahan karbon yang kurang
dalam merupakan masalah penting dalam memahami hakikat karbon dan REDD+ itu
sendiri. Perlu adanya pendekatan kata baru yang memiliki hakikat dan hirarki
yang sama untuk tujuan REDD+, yaitu kata “udara bersih”. Rendahnya kemampuan
intelektual dan kemampuan intelejensia masyarakat desa tentang pemaham karbon
dan REDD+ merupakan dasar kegiatan ini untuk mensosialisasi pemahan tersebut.
Dari Selanjutnya Gita Buana akan
melakukan kegiatan Pertemuan / diskusi kampong apakah dengan menggunakan kata udara bersih masyarakat
mampu memahami konsep karbon dalam skema REDD+
Berdasarkan paparan di atas, masalah yang mendasar dari kegiatan ini dapat
dikemukan sebagai berikut; “Bagaimana
pengaruh kata udara bersih mampu meningkatkan pemahaman karbon dalam skema
REDD+ di sekitar TN. Berbak”
Untuk menjawab pertanyaan yang mendasar ini maka dikemukakan beberapa
pendekatan yang melibatkan variabel manajemen sumberdaya manusia dan dokumen
rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih. Berdasarkan pertimbangan
ini maka diajukan pertanyaan kegiatan sebagai berikut;
1. Bagaimana peran pembicara mampu mentrasferkan pengetahuan tentang pemahan
karbon dalam skema REDD+?
2. Bagaimana transfer pengetahuan pemahaman untuk karbon dan REDD+ dapat di
ukur ?
3. Bagaimana rencana strategis jangka menengah untuk udara bersih TN. Berbak ?
C.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini secara mendasar ingin mengetahui pengaruh Pertemuan
/ diskusi kampong yang dihadiri dari peserta yang berasal dari elemen masyarakat desa dan
pemateri dari pemerintahan dan organisasi lingkungan dalam pemahaman karbon dan
REDD+ melalui kata udara bersih. Tujuan spesifik dari penelitian ini
diungkapkan sebagai berikut;
1. Untuk menjelaskan pemahan karbon dalam skema REDD+ dari hulu ke hilir oleh
pihak yang memahmi karbon terhadap elemn masyarakat desa.
2. Untuk mengukur pemahaman peserta terhadap karbon dan skema REDD+
menggunakan variabel manajemen sumberdaya manusia.
3. Untuk menentukan rencana strategis jangkah menengah terhadap kepedulian
udara bersih di TN. Berbak.
D.
Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan kelestarian hutan,
kepentingan keilmuan atau akademik maupun kepentingan praktisi atau kepentingan
manajerial.
1.
Kepentingan kelestarian hutan. Kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan kelestarian hutan karena penting nya daun-daun
pohon untuk menyerap karbon sebagai racun di udara.
2.
Kepentingan akademik. Kegiatan ini diharapkan dapat
menambah atau memperkaya pemahaman mengenai konsep karbon dan REDD+.
3.
Kepentingan praktisi atau manajerial. Kegiatan ini
diharapkan dapat memberikan masukan penting bagi manajemen organisasi khusus
nya Gita Buana dalam membangun inisitiaf kepedulian terhadap udara bersih.
E. Hipotesis-hipotesis kegiatan
Kegiatan ini untuk
membangun inisiatif kepedulian terhadap udara bersih pada masyarakat desa di
sekitar TN. Berbak – Jambi, dengan demikian Gita Buana akan mengajukan dugaan
sementara, yaitu;
1. Kegiatan Pertemuan / diskusi kampong mampu menjelaskan pemaham karbon dalam skema REDD+ yang
disampaikan oleh pembicara atau pemateri.
2.
Kata udara bersih mampu membuat peserta paham tentang
konsep karbon dan skema REDD+.
3. Variabel manajemen sumber daya manusia mampu untuk
mengukur sejauh mana peserta memahami kegiatan rapat akbar.
4. Pertemuan / diskusi kampong mampu menghasilkan dokumen rencana strategi jangka
menengah untuk kepedulian udara bersih di
setiap desa di sekitar TN. Berbak.
Langganan:
Postingan (Atom)
Alfin SH dan Azhar Hamzah: Memajukan Desa di Sungai Penuh melalui Implementasi Pedoman Pembangunan Desa dan SDGs
Sungai Penuh - Alfin SH dan Azhar Hamzah, calon walikota dan wakil walikota Sungai Penuh, berkomitmen memajukan desa-desa di wilayahnya deng...
STUDY TATA RUANG
Struktur Sungai
-
*Kota Sungai Penuh* — Alfin SH, calon kuat dalam pemilihan Wali Kota Sungai Penuh, kembali menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak hanya tentan...
POLA RUANG SUMATERA
Kec. Jambi Selatan - Kota Jambi
BERHALE ISLAND
ISI IDRISI TAIGA
Desa Batu Kerbau - Kab. Bungo
PERATURAN TATA RUANG
DOWNLOAD PETA-PETA
Labels
Study Tata Ruang
(6)
Geospasial
(3)
PETA RTRW
(3)
PERDA RTRW
(2)
Peta Taman Nasional Bukit 30
(2)
Gunung Kerinci
(1)
Perencanaan Wilayah dan Kota
(1)
Peta Administrasi
(1)
SPASIAL
(1)
TANYA-JAWAB
(1)
TNBT
(1)
UU No 4/11 Informasi Geospasial
(1)
COMMUNICATE
+62 812731537 01