Tinggi permukaan air Sungai Batanghari mulai surut di peralihan musim ini. Penyedia jasa atau sopir sampan ketek sepanjang sungai mengamati permukaan air telah turun sekitar satu meter lebih dari ketinggian biasanya. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Batanghari menyebutkan, penurunan ketinggian, selain peralihan musim, disebabkan juga karena cadangan resapan air telah berkurang. Daerah resapan tidak lagi menyediakan air cadangan.
"Sekarang belum disebut musim kemarau, tapi ketinggian permukaan air berkurang. Ini karena pengaruh air yang tersimpan dalam tanah berkurang," kata Grendel Siboro, Kepala BPDAS Batanghari. Fenomena turunnya tinggi permukaan air ketika belum masuk musim kemarau, seharusnya tidak terjadi atau tidak berkurang. Namun kerusakan daerah resapan sepanjang DAS, seperti penebangan pohon ternyata telah banyak terjadi. Dampaknya dikatakan Grendel dapat dilihat di air sungai Batanghari.
"Daerah resapan sepanjang DAS itu telah rusak oleh kerusakan hutan, juga konversi lahan ke perkebunan," jelasnya. Dalam undang-undang tata ruang, diatur minimal 30 persen dari DAS digunakan untuk resapan. Daerah tersebut seharusnya berbentuk kawasan hutan. Namun kondisi saat ini, diungkapkan Grendel angkanya jauh dari batas minimal. "Sekarang jauh di bawah 30 persen," katanya.
Luas kawasan hutan DAS Batanghari sendiri 4,5 juta hektare. Saat ini luas kawasan hutannya tak sampai 1,5 juta hektare. Dipaparkan kepala BPDAS, dampaknya daerah resapan air kemudian berkurang drastis, pengaruhnya linier ke cadangan air sungai.
"Sekarang belum disebut musim kemarau, tapi ketinggian permukaan air berkurang. Ini karena pengaruh air yang tersimpan dalam tanah berkurang," kata Grendel Siboro, Kepala BPDAS Batanghari. Fenomena turunnya tinggi permukaan air ketika belum masuk musim kemarau, seharusnya tidak terjadi atau tidak berkurang. Namun kerusakan daerah resapan sepanjang DAS, seperti penebangan pohon ternyata telah banyak terjadi. Dampaknya dikatakan Grendel dapat dilihat di air sungai Batanghari.
"Daerah resapan sepanjang DAS itu telah rusak oleh kerusakan hutan, juga konversi lahan ke perkebunan," jelasnya. Dalam undang-undang tata ruang, diatur minimal 30 persen dari DAS digunakan untuk resapan. Daerah tersebut seharusnya berbentuk kawasan hutan. Namun kondisi saat ini, diungkapkan Grendel angkanya jauh dari batas minimal. "Sekarang jauh di bawah 30 persen," katanya.
Luas kawasan hutan DAS Batanghari sendiri 4,5 juta hektare. Saat ini luas kawasan hutannya tak sampai 1,5 juta hektare. Dipaparkan kepala BPDAS, dampaknya daerah resapan air kemudian berkurang drastis, pengaruhnya linier ke cadangan air sungai.
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Duanto A Sudrajat
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -
Editor: Dewi Agustina | Sumber: Tribun Jambi
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar