A. PENDAHULUAN
Studi sebaran SAD ini bertujuan untuk mendapatkan data/informasi awal Suku Anak Dalam secara komprehensif dalam rangka Desain Strategi Pemberdayaan dan Mendapatkan Dukungan dalam Pengelolaan Hutan Restorasi Harapan rainforest.
Tujuan khusus dari survey ini untuk mendapatkan tentang; jumlah anggota SAD, penyebaran lokasi, dan prediksi lokasi mobilitas komunitas SAD; input tentang gambaran status kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi, budaya dan kepercayaan SAD; menyusun peta sebaran (roadmap) beserta hambatan, tantangan dan keterbatasan yang dijumpai guna identifikasi strategi, program, dan tindakan penanggulangan yang lebih sistemik dan tepat sasaran; serta mendapatkan perspektif pemberdayaan SAD berdasarkan sumberdaya sosial dan budaya yang mereka miliki dalam mendukung pengelolaan ekosistem Restorasi Ekosistem Harapan Rainforest dari Perspektif SAD.
Survey ini dilakukan di wilayah Propinsi Sumatera Selatan di Kecamatan Batanghari Leko di dua desa yaitu; Desa Pagar Desa dan Desa Sakosuban.
B. GAMBARAN UMUM SAD DESA PAGAR DESA
Survey SAD yang dilakukan di desa Pagar Desa di mulai dengan wawancara bersama Kepala Desa (Pak Yusrizal). Dari Pak Kades ini di dapat informasi populasi SAD yang berada di desa ini terdiri dari 70kk atau +300 jiwa yang terbagi dalam dua kelompok; yaitu Kelompok Pak Dul Sari (40kk) dan Kelompok Alm. Pak Jenggot (30kk).
Kelompok SAD di desa ini pada umum nya tidak bisa membaca dan menulis, telah memiliki tempat tinggal. Untuk kesehatan mereka menggunakan obat-obat puskesmas dan obat ramuan tradisional, khusunya untuk saat melahirkan mereka menggunakan dukun beranak dari komunitas mereka sendiri. Masih rendahnya tingkat kebersihan yang menyebabkan banyak dari mereka yang memiliki penyakit kulit. Perekonomian mereka adalah dengan menukar hasil buruan dengan barang atau uang yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (beras, pakaian, elektronik dan kendaraan) atau energi (minyak tanah, solar atau bensin).
Mereka menganut agam islam namun masih menggunakan ritual adat mereka dalam hal-hal tertentu, misalnya; kelahiran dan kematian. Kebudayaan mereka telahbanyak mengadopsi dari kebudayaan nasional, misalnya; mereka telah memiliki sepda motor untuk transpotasi yang dulu menggunkan perahu atau rakit, menggunakan handphone untuk berkomunikasi dan menggunakan pakaian-pakaian yang sopan (menggunakan baju, celana dan beralas kaki).
Komunitas SAD di Desa Pagar Desa ini berlokasi dipemukiman masyarakat (sepanjang sungai Lalan) dan di DAS sungai Badak. Untuk Komunitas SAD di DAS S. Badak terdapat 12kk (48jiwa) telah memiliki rumah (12 rumah) dan lahan masing-masing kk 2 ha (total 24ha) yang digunakan untuk bercocok tanam kebun karet. Bantuan tersebut di peroleh dari bantuan WKS. Informasi ini diterima dari wawancara dengan Pak Isnen (Pembina SAD dari WKS yang merupakan masyarakat desa Pagar Desa.
SAD yang berada di desa dan di S. Badak (wilayah desa ini) masih satu keluarga. Mereka merupakan anak-anak dari Alm. Pak Jenggot. Untuk di Desa Pagar Desa di pimpin oleh Pak Dul Sari (anggota; Pak Unus, Pak Mina, Pak Abas dll) dan untuk di S. Badak di pimpin oleh Pak Pendi dan rombongan.
Pak Yusrizal : Kepala Desa Pagar Desa (Suak Puring) |
Mereka, SAD di Desa Pagar Desa juga masih satu keluraga dengan SAD di Desa Sakosuban. Alm. Pak jenggot masih sepupuan dengan Alm. Pak Awing. Mereka telah ada sejak dahulu kala (adanya makam nenek moyang mereka). Berdasarkan informasi dari Pak Isnen asal mereka, dari pihak laki berasal dari Jambi dan pihak perempuan berasal dari Sakosuban.
C. GAMBARAN UMUM SAD DESA SAKOSUBAN
Hasil wawancara dengan anggota Masyarakat SAD (Farida) mereka berasal dari Kerajaan Belido dengan nama rajanya Sam Semilai, namun Farida tidak banyak mengetahui asal-asul dan menujuk untuk menemui Wakunca (Pak Basri). Setelah menuju tempat kediman wak kunca, beliau sedang masuk hutan untuk berburu. Kelompok Wak Kunca ini di pimpin oleh Pak Nahodi. Mereka terdiri dari 25kk (50jiwa). Nama-nama anggota mereka antara lain; M. Hasan (Punjung), Farida, Narti, Safei, Kowi, Nahodi dan Burmawi.
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama Kepala Desa Sakosuban (Ibu Tri Astuti). Informasi yang diberikan oleh Ibu Tuti berupa sosial ekonomi, kepercayaan dan budaya masi serupa dengan komunitas SAD di Desa Pagar Desa.
Jumlah keseluruhan SAD yang ada di desa ini sebanyak 58kk (+267jiwa) masing-masing telah memiliki rumah bantuan dari Depsos. Namun saat ini hanya tinggal 9 rumah (9kk) sisanya masuk hutan
Ibu Tri Astuti : Kepala Desa Sakosuban |
Rumah Ibu Farida (SAD) |
Keluarga Ibu Fairda : Anak, menantu dan cucu |
Ibu Farida : Suku Anak Dalam |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar